Oleh: Benny Pasaribu, PhD.
KITA bisa belajar dari pengalaman ratusan negara yang telah menghadapi penyebaran Pandemi Covid 19. Memang kebijakan penanggulangannya sangat bervariasi. Ada yg menerapkan lockdown dan karantina sendiri. Tetapi satu hal yang sama-sama dialami adalah dampaknya teehadap penurunan kinerja ekonomi, bahkan sebagian besar negara mengalami krisis ekonomi. Di masing-masing negara, paling terkena dampak negatif adalah UMKM dan buruh harian/ lepas. Pengangguran dan kemiskinan bertambah besar. Semakin lama penyelesaian Covid 19 akan mengakibatkan banyak warga yang menderita kelaparan, bahkan berujung pada kematian/ fatalitas.
Krisis ekonomi jg punya risiko terpapar kelaparan dan berujung pada fatalitas. Risiko Covid 19 jg sama, terpapar virus dan berujung pada fatalitas atau kematian. Keduanya sama-sama mengandung risiko tinggi bagi kemanusiaan.
Kebijakan Negara tdk bisa membiarkan terjadi zero sum game, hanya menangani salah satu di antara keduanya. Kemungkinan besar fatalitas bisa lbh tinggi akibat faktor sosial ekonomi (terutama di kalangan pengangguran dan kaum miskin, umkm) dari pd fatalitas akibat Covid 19.
Dari awal saya mengajak kita untuk berfikir lebih rasional dan realistis.
1. *# Pahami Risiko Pandemi covid 19- Hindarilah dgn disiplin melaksanakan Protokol Kesehatan. Khususnya Lansia, pengidap penyakit komplikasi dan Balita perlu Self Karantina..*
2. *#Pahami RisikoKrisisEkonomi-Hindarilah dgn menjalankan ekonomi secara bertahap!*
Intinya, cara menghindarinya:
*#Jalankan roda ekonomi dgn prinsip New Normal-protokol kesehatan secara disiplin.*
*#Sediakan stimulus ekonomi. Pakailah momentum ini untuk melakukan Transformasi Ekonomi dgn Hilirisasi terutama di 4 sektor: agroindustri, maritim, pariwisata, dan ekonomi kreatif*.