Matnurani, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) buka-bukaan soal kondisi pandemi saat ini. Bahkan, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut, corona menang dan dunia dalam titk bahaya.
Lalu apa maksud WHO?
Sebenarnya ini merujuk pada varian corona Delta dan vaksinasi Covid-19 yang tidak merata. Vaksin disebut kalah unggul dibanding varian yang pertama kali terdeteksi di India itu di mana Delta menyebar massif sementara vaksin tak merata.
“Varian (corona) saat ini memenangkan perlombaan melawan vaksin karena produksi dan distribusi vaksin yang tidak merata,” tegas pria asal Ethiopia itu, dikutip dari rilis WHO Jumat (9/7).
Bahkan, sejumlah negara merencanakan meluncurkan suntikan penguat (booster) dalam beberapa bulan ke depan. Negara dengan limpahan vaksin juga melonggarkan kebijakan dan mulai bersantai seolah pandemic akan berakhir.
Padahal di belahan bumi lainnya, banyak negara mengalami lonjakan kasus dan rawat inap. Ini pun berdampak pada minimnya oksigen dan perawatan serta mendorong banyaknya kematian, baik di Afrika, Asia, maupun Amerika Latin.
“Nasionalisme vaksin, ketika segelintir negara telah mengambil bagian terbesar, secara moral tidak dapat dipertahankan. Itu merupakan strategi kesehatan masyarakat yang tidak efektif melawan virus penyerang pernapasan ini yang bermutasi secara cepat dan semakin efektif berpindah dari manusia ke manusia,” jelasnya.
Karenanya, ia menyerukan kepada para negara G20 dan para pemimpin lainnya untuk mendukung target distribusi vaksin global secara kolektif. Karena tegasnya, ini adalah cara tercepat untuk mengakhiri tahap akut pandemi, menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian, serta mendorong pemulihan ekonomi global yang sesungguhnya.
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Tedros menyinggung soal ketidakadilan vaksin. Pekan lalu, ia bahkan menyebut dunia tengah menuju kegagalan.
“Dunia tengah gagal,” tegasnya. “Kami menghadapi pandemi dua jalur, didorong ketidakadilan.”
Menurutnya negara maju dan kaya memonopoli vaksin. Agresivitas negara kaya memotong jalur produksi membuat banyak negara menunggu dosis vaksin corona bahkan untuk dosis pertama.
Fasilitas distribusi vaksin yang diinisiasi WHO untuk negara berkembang dan miskin misalnya, COVAX, mengalami sulitnya pengiriman pasokan dalam sebulan ini. Sejauh ini sudah 89 juta dosisi dikirimkan ke 133 negara dan wilayah yang berpartisipasi.
Menurut hitungan AFP, negara-negara berpenghasilan tinggi seperti yang didefinisikan oleh Bank Dunia telah memberikan rata-rata 79 dosis per 100 penduduk. Tetapi di negara-negara berpenghasilan rendah, angkanya hanya satu tembakan per 100 orang.
Saat ini, setidaknya 4 juta orang telah meninggal akibat Covid-19. Sebanyak 180 juta penduduk dunia sudah terinfeksi corona.(Cnb).