Home News Stok Beras RI Disebut Cuma Kuat 69 Hari, di DKI Malah 15...

Stok Beras RI Disebut Cuma Kuat 69 Hari, di DKI Malah 15 Hari

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Persoalan stok beras atau pangan secara umum sempat jadi sorotan Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono karena menyangkut ketahanan nasional. Untuk beras saja stok beras dari hitungan hasil produksi di akhir tahun tersisa 6 juta ton atau setara 2 bulan lebih, sekitar 69-70 hari.

Di Ibu Kota DKI Jakarta misalnya, bila mengacu dari data Pasar Induk Cipinang hingga Selasa (14/7) stok beras harian sebanyak 30.568 ton. Jumlah itu hasil dari pemasukan sebesar 2.410 ton beras yang masuk setelah dikurangi 2.622 ton beras yang keluar pada hari yang sama.

Jumlah tersebut diperkirakan mampu mencukupi stok untuk sekitar 15 hari ke depan dengan perkiraan konsumsi beras di DKI Jakarta 2.000 ton per hari. Menurut catatan Kadin DKI Jakarta angka sekitar 1.895 ton per hari.

Namun, jumlah stok harian itu tentu ada penambahan stok rutin setiap hari dan yang keluar Pasar Cipinang. Misalnya pemasukan yang dilakukan pada Senin (13/7) merupakan jumlah terbesar setidaknya dalam dua minggu terakhir, tercatat 4.042 ton beras yang masuk ke dalam gudang stok beras Pasar Cipinang. Belum juga menghitung stok beras di pedagang pengecer maupun konsumen rumah tangga.

Stok beras di Pasar Cipinang memang lebih rendah saat ini bila dibandingkan pada masa panen awal 2020.

Bila melihat dari data PT. Food Station Tjipinang Jaya, selaku pengelola pasar induk beras Cipinang yang jadi baromoter stok bera di DKI Jakarta, pada 2 Februari atau satu bulan sebelum kasus positif corona kali pertama di Indonesia, stok harian di pasar Induk Cipinang masih menyentuh 41 ribuan ton. Namun berselang beberapa hari setelah pengumuman kasus corona, pada 2 Maret 2020, stok beras harian hanya 31.611 ton, setelah itu dalam tren terus menurun.

Misalnya pada pekan kedua setelah kasus corona muncul, stok harian di pasar Induk Cipinang pada 15 Maret 2020 hanya 26.462 ton. Setelah itu trennya terus turun, sempat menyentuh angka 23.979 ton, paling terendah dalam 3 bulan terakhir. Pada akhir Maret, tepatnya 29 Maret 2020, stok harian di Pasar Cipinang hanya sebanyak 26.827 ton.

Secara nasional, Sampai saat ini menggantungkan stok beras akhir tahun dari target produksi 15 juta ton beras dari musim tanam kedua (MT II) atau musim basah padi dengan luas 5,6 juta hektare. Bila target itu tercapai maka stok di akhir tahun hanya 6 juta ton beras, cuma cukup 2 bulan kebutuhan saja, itu pun kalau berjalan mulus. Selebihnya ada stok beras Bulog sebesar 1,4 juta ton, termasuk di dalamnya ada cadangan beras pemerintah (CBP).

“Kalau semua berjalan baik, antara 12,5 juta sampai 15 juta ton beras pada akhir Desember 2020, ada stok bahkan setelah kita makan kurang lebih 15 juta ton. Maka ada yang tersisa 6 juta ton lebih memasuki tahun 2021. Khusus ini sangat strategis, penting bahwa upaya mengacu musim tanam 2 adalah bagian strategis untuk jamin ketersediaan makanan rakyat 267 juta,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), beberapa waktu lalu.

SYL secara tegas memberikan peringatan timnya bahwa situasi nasional dan global sedang darurat. Ia menegaskan Masa Tanam (MT) II tidak boleh gagal sedikitpun karena ini pertarungan baginya.

Bagaimana bila meleset? apalagi saat ini merupakan masa pandemi covid-19 yang berisiko pada produksi pangan seperti peringatan FAO soal potensi kekeringan yang bisa memicu krisis pangan.

Wakil Ketua Umum Persatuan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin mengingatkan MT II secara siklus menghasilkan jumlah yang jauh lebih sedikit dibanding musim tanam I (MT I). Sehingga, harus lebih berhati-hati dalam proyek pengerjaannya.

“65% dihasilkan MT utama. 35% di MT kedua, jadi perhatikan kemarau, apa yang perlu disiapkan, misal penyediaan air, jadi kita berpacu dengan alam.” Pungkasnya. (Cen).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here