Matanurani, Jakarta – Kepala Staf Presiden Moeldoko bicara panjang lebar mengenai polemik impor beras yang membuat Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Dirut Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso kisruh.
Moeldoko menjabarkan realitas di lapangan menunjukkan bahwa Indonesia masih membutuhkan beras impor untuk mencukupi kebutuhan nasional. Hal ini, kata Moeldoko, disebabkan salah satunya oleh penyusutan lahan pertanian yang mencapai 24%.
“Secara logika saja, kita belum bisa memproduksi seluruh kebutuhan [beras] kita. Secara alamiah, ada lahan pertanian yang menjadi kawasan industri, permukiman, jalan tol yang mengurangi lahan sawah,” kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (20/9).
Oleh karena itu, ia mengemukakan Pemerintah melalui kementerian terkait berupaya membuka lahan-lahan pertanian di luar Jawa dan melakukan intensifikasi.
Namun, upaya ini juga belum cukup karena pertanian selalu dihadapkan pada faktor cuaca dan hama yang memengaruhi produktivitas lahan. “Sehingga kita butuh impor.”
Meski demikian, Moeldoko mengemukakan dalam melakukan impor ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi. Pertama, impor tidak boleh dilakukan menjelang masa panen.
“Saya selaku ketua HKTI juga marah dong karena saya harus memperjuangkan petani saya,” kata Moeldoko.
“kalau kita impor tidak boleh nanti pas Januari-Februari karena menjelang panen yang besar. Untuk itu pada Desember sudah cukup impornya. tidak perlu nambah lagi, tidak boleh menggangu petani.”
Kedua, impor dilakukan ketika indikasi cadangan nasional yang telah menipis. Ia mengatakan negara tidak boleh berada dalam situasi ‘mepet’ ketika berkaitan dengan bahan pangan pokok seperti beras.
“Cadangan nasional harus mencukupi. Kita kan butuh 2,4 juta ton per bulan secara nasional. Kalau mepet itu sudah bahaya, jadi harus ada upaya impor. Harus realistis, tidak boleh kita bilang kita sama sekali tidak butuh impor.”
Selain itu, dia juga menjawab pendapat Budi Waseso yang mengatakan bahwa gudang Bulog sudah penuh sehingga tidak perlu lagi ada impor baru. Kepala Staf Presiden menuturkan, Bulog harus melakukan fungsi stabilisasi harga.
“Ingat bahwa Bulog itu fungsi utamanya melakukan penyeimbangan harga di pasar. Begitu harga di pasar tinggi, Bulog harus segera menyebar beras. Jangan sampai nanti sepenuhnya dikendalikan pasar,” paparnya.
“Jadi sebenarnya kondisi di gudang Bulog itu in-and-out. Tidak statis. Kalau sekarang masih penuh, mungkin 2 minggu lagi berkurang karena kebutuhan.” (Cen).