Matanurani, Jakarta – World Health Organization (WHO) mengungkapkan beberapa negara kemungkinan perlu menutup lagi bisnis yang tak penting untuk mengatasi pemburukan infeksi virus corona Covid-19.
Pejabat WHO mengatakan pihaknya masih berharap sebagian besar negara tidak perlu memberlakukan karantina wilayah atau lockdown seperti yang diterapkan oleh beberapa pemimpin dunia untuk menekan penularan virus Covid-19.
Namun karena beberapa negara di belahan Bumi utara terutama Amerika Serikat (AS) dan Eropa terjadi peningkatan kasus yang signifikan, pemimpin negara perlu memberlakukan langkah-langkah mitigasi yang lebih ketat lagi.
“Kita berada jauh di belakang virus ini,” ujar Executive Director Health Emergencies Program WHO Mike Ryan, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (27/10). “Kita harus mengatasi virus ini, dan [itu] mungkin membutuhkan pengorbanan dari banyak, banyak orang dalam hal kehidupan pribadi mereka.”
“Ini mungkin memerlukan penutupan (shutting down) dan pembatasan pergerakan dan menjalankan perintah tetap di rumah untuk menekan penyebaran Covid-19.”
Pada Minggu (25/10) setidaknya ada tujuh negara, di luar AS, yang melaporkan rekor tertinggi rata-rata kasus baru per hari. empat di antaranya merupakan negara Eropa. Menurut data Universitas Johns Hopkins, jumlah infeksi baru di Eropa kini telah melampaui AS. Secara keseluruhan Erop melaporkan hampir 168.000 kasus baru per hari.
Pada Agustus lalu, WHO menyatakan kaum muda telah menjadi pendorong utama penyebaran virus di banyak negara. Tapi dalam konferensi pers terbarunya, WHO melihat adanya penularan di kelompok masyarakat yang lebih rentan dan kelompok usia yang lebih tua.
WHO mengingatkan para pemimpin dunia bahwa mereka tidak dapat memaksakan pemulihan ekonomi yang mereka inginkan dan menjadi kehidupan normal sebelum adanya pandemi.
“Pandemi bukanlah sepak bola politik. Angan-angan atau pengalihan yang disengaja tidak akan mencegah penularan atau menyelamatkan nyawa, “ujar General Director WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.(Cnb).