Matanurani, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai akhir Februari 2018, penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 8,44% menjadi Rp 4.662,34 triliun.
Kepala Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menyebut, salah satu pendorong pertumbuhan kredit antara lain ditopang oleh pertumbuhan ekonomi secara makro yang mulai berjalan stabil. Terutama dari sisi perkembangan ekonomi global yakni persaingan dagang antara Amerika Serikat dengan China. Artinya, perkembangan aktivitas ekspor impor bakal meningkat dan dapat memacu pertumbuhan kredit perbankan.
“Pertumbuhan kredit ini menandakan perbankan kita sudah mulai menggeliat untuk ikut ajakan pemerintah dalam menyalurkan kredit. Sehingga kredit tumbuh lebih baik,” ungkapnya, Kamis (29/3).
Heru menyebut, kendati pertumbuhan masih satu digit, namun secara month to month(mtm) pada 2018 lebih baik. “Januari dan Februari 2018 secara bulanan sudah tumbuh dibandingkan periode 2017,” katanya.
Melihat hal tersebut, OJK optimistis target pertumbuhan kredit berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) bakal terealisasi yakni mencapai 12% pada 2018.
Apabila dirinci berdasarkan kelompok bank, juga mencatatkan pertumbuhan. Data OJK menunjukan, pada Februari 2018, bank umum kelompok usaha (BUKU) I mencatat kenaikan kredit paling tinggi sebesar 11,22%. Sedangkan, terendah yakni BUKU II hanya naik sebesar 7,25%.
Sementara, BUKU III dan BUKU IV masing-masing mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,46% dan 8,9% per akhir Februari 2018.
“Semua BUKU masih tumbuh. Memang secara nominal paling besar pasti BUKU III dan IV. Masih ada ruang (kredit) untuk terus tumbuh lagi,” kata Heru.
Selain dari faktor ekonomi, likuiditas perbankan juga masih tebal. Terlihat dari posisi loan to deposit ratio (LDR) yang berada di level 88,7% per Februari 2018. (Ktn).