Matanurani, Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto telah memanggil nama-nama calon menteri dan wakil menteri ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pengamat politik memberikan analisisnya terkait gambaran menteri era Prabowo-Gibran Rabuming Raka mendatang.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mulanya menyebut bahwa Prabowo mempertahankan sejumlah menteri era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, nama-nama tersebut dipertahankan karena dianggap cocok dengan pos kementerian yang telah dipimpinnya.
“Memang ada semacam kebutuhan dari sisi presiden baru, untuk mempertahankan nama-nama yang dianggap fit atau cocok dengan pos-pos kementerian, nama-nama itu diambil dari kabinet sebelumnya, misalnya Bu Sri Mulyani, Pak Budi Gunadi Sadikin, Pak Sakti Trenggono, Pratikno, Erick Thohir, jadi saya melihat ada kecenderungan orang-orang yang berasal dari kabinet pemerintahan Pak Jokowi sebelumnya itu terutama dari teknokrat atau profesional itu tetap dipertahankan,” kata Arya dikutip, Rabu (16/10).
Arya menilai ada dilematik yang dialami Prabowo saat penyusunan kabinet ini. Menurutnya, Prabowo sadar kabinetnya akan gemuk karena mengakomodir partai politik pendukung.
“Yang kedua, pembacaan saya itu memang ada semacam dilema dari sisi Pak Prabowo, dia sadar bahwa kabinetnya gemuk karena kebutuhan untuk mengakomodasi partai di koalisi, tapi pada saat yang sama ingin juga membentuk kabinet yang diisi oleh teknokrat-teknokrat, makanya kemudian ada kombinasi seperti itu,” tutur dia.
Dari sejumlah nama-nama calon menteri yang dipanggil, kata Arya, Prabowo ingin mempertahankan hubungan baik dengan Jokowi. Sehingga, kata dia, Prabowo mempertahankan ‘orang Jokowi’ pada kabinetnya mendatang.
“Saya kira ada usaha juga untuk mempertahankan hubungan baik dengan Pak Jokowi, makanya beberapa nama yang kembali dijadikan menteri sebenarnya nama-nama yang punya hubungan dekat, atau dianggap dalam tanda kutip orangnya Jokowi ya, sepertinya Pak Pratik, Budi Arie, Bahlil, Pak Erick, jadi ada kebutuhan juga untuk itu,” jelasnya.
Menurut Arya, ada PR besar yang akan dihadapi pemerintah mendatang terkait jumlah kementerian. Menurutnya, banyaknya kementerian akan berdampak pada kecepatan kinerja.
“Saya kira memang ini adalah PR yang besar apakah dengan koalisi yang besar ini membuat pemerintahan bisa bergerak cepat, lincah, karena birokrasinya tentu akan gemuk, ini tentu akan menyulitkan pemerintah untuk bergerak lebih lincah, tapi mungkin ada pandangan lain juga dari sisi pemerintahan baru bahwa kalau kita lihat dari nama-nama yang dipanggil itu,” tutur dia.
“Mungkin presiden merasa ada kebutuhan khusus dalam rangka menghadapi tantangan ke depan, makanya pos wakil menteri diminta tugas khusus, misalnya ada yang ketenagakerjaan, di Menlu ada untuk Timur Tengah, ada yang untuk Amerika wamennya, ada yang wamendagri khusus pemilu, ada yang perumahan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Arya mengistilahkan kabinet era Prabowo mendatang adalah kabinet presidensial rasa parlementer. Arya pun menjelaskan maksud kabinet presidensial rasa parlementer itu.
“Saya lihat ini memang menunjukkan kabinet presidensial rasa parlementer. Karena kan secara politik itu kan dukungan dari sisi partainya udah besar, dukungan publik juga besar, tapi saya melihat kabinet presidensial rasa parlementer ini karena banyak betul tokoh-tokoh dari partai, baik pada level menteri dan wakil menteri,” kata dia.
Sebagai informasi, sistem pemerintah presidensial adalah presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan yang dipilih langsung oleh rakyat. Sementara sistem parlementer, kepala pemerintahan dipimpin oleh perdana meteri yang dipilih dari partai mayoritas atau koalisi di parlemen.
“Yang saya maksud dengan kabinet presidensial rasa parlementer itu adalah di mana setiap putusan-putusan politik eksekutif atau presiden itu dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di parlemen, nah dalam hal ini banyaknya tokoh-tokoh partai itulah maka saya sebut kabinet presidensial rasa parlementer karena cukup banyaknya atau dominannya tokoh-tokoh partai dalam nama-nama yang sudah dipanggil sebagai calon menteri dan wakil menteri,” sebut dia.(Det).