Matanurani, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Juli 2021 mencapai 0,08%. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2021 sebesar 0,81% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2021 terhadap Juli 2020) sebesar 1,52%. Inflasi terbesar terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan.
“Kalau kita kaitkan dengan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), kelompok kesehatan itu inflasinya paling tinggi yaitu 0,24% atau memiliki andil sekitar 0,01%,” ucap Kepala BPS Margo Yuwono kepada awak media dalam telekonferensi pers pada Senin (2/8).
Dari empat subkelompok pada kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu subkelompok obat-obatan dan produk kesehatan sebesar 0,47% dan terendah yaitu subkelompok jasa rawat jalan sebesar 0,06%
Kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar kedua kepada inflasi adalah kelompok pendidikan. Kelompok ini pada Juli 2021 mengalami inflasi sebesar 0,18% Dari empat subkelompok pada kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yaitu subkelompok pendidikan dasar dan anak usia dini sebesar 0,27% dan terendah yaitu subkelompok pendidikan tinggi sebesar 0,08%. Kelompok ini pada Juli 2021 memberikan andil inflasi sebesar 0,01%.
Sementara itu kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,15% pada Juli 2021. Dari empat subkelompok pada kelompok ini, tiga subkelompok mengalami inflasi dan satu subkelompok mengalami deflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi, yaitu subkelompok makanan sebesar 0,14%; subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09%; dan subkelompok rokok dan tembakau sebesar 0,28%. Sementara subkelompok yang mengalami deflasi, yaitu subkelompok minuman beralkohol sebesar 0,69%. Kelompok ini pada Juli 2021 memberikan andil inflasi sebesar 0,04%.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, yaitu: cabai rawit sebesar 0,03%; tomat, cabai merah, bawang merah, sawi putih/pecay/pitsai, tahu mentah, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01%. Margo Yuwono mengatakan cabai rawit memang memiliki andil besar terhadap inflasi selain faktor cuaca karena juga ada faktor memasuki musim peralihan dari musim pancaroba.
“Kalau dilihat dari beberapa kota yang kita pantau dari 90 kota yang kita pantau cabai rawit itu tertinggi kenaikannya terjadi di Probolinggo yang terjadi kenaikan sebesar 68% dan juga di Meulaboh (Aceh) sebesar 61%,” kata Margo Yuwono.
Sementara komoditas yang dominan memberikan andil deflasi, yaitu daging ayam ras sebesar 0,04%, telur ayam ras dan beras masing-masing sebesar 0,01%.
“Kalau pemantauan kami di 90 kota inflasi untuk daging ayam ras penurunan tertinggi terjadi di provinsi Jambi yaitu sebesar 25%, dan di Pare-Pare mengalami penurunan harga sebesar 22%,” ucap Margo Yuwono.
Sementar itu kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07%. Dari empat subkelompok pada kelompok ini, satu subkelompok mengalami deflasi, dua subkelompok mengalami inflasi, dan satu subkelompok tidak mengalami perubahan. Subkelompok yang mengalami deflasi, yaitu subkelompok perawatan pribadi lainnya sebesar 0,53%. Subkelompok yang mengalami inflasi, yaitu subkelompok perawatan pribadi sebesar 0,18% dan subkelompok jasa lainnya sebesar 0,03%.
“Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi, yaitu emas perhiasan sebesar 0,01%,” ucapnya.
Sementara subkelompok yang tidak mengalami perubahan, yaitu subkelompok perlindungan sosial. Kelompok ini pada Juli 2021 tidak memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi nasional.(Bes).