Seorang pemimpin tidak akan disebut pemimpin jika tidak memiliki pengikut dan tidak akan dapat bekerja dengan baik jika tidak memiliki pembantu, terlebih pemimpin sebuah negara. Presiden Indonesia, Pak Jokowi, memiliki pembantu yang disebut menteri yang mengelola berbagai bidang dan disatukan dalam sebuah kabinet. Kabinet tersebut juga tidak dikelola sendiri oleh pakde Jokowi tetapi memiliki seorang sekretaris kabinet yang cerdas dan brilian bernama Pramono Anung.
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 82 tahun 2010, seorang sekretaris kabinet mempunyai tugas untuk memberikan dukungan staf, administrasi, teknis, dan pemikiran kepada presiden selaku kepala pemerintahan. Posisi Sekretaris Kabinet juga memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Mengelola dan mengendalikan manajemen kabinet
2. Merumuskan dan menyampaikan analisis atas berbagai rencana dan program kabinet.
3. Mempersiapkan berbagai keputusan dan rancangan peraturan presiden.
4. Memantau dan mengevaluasi serta menyampaikan pelaksanaan kebijakan dan program kabinet.
5. Mempersiapkan, men-administrasi, menyelenggarakan, dan mengelola sidang-sidang kabinet, dan juga berbagai rapat yang dihadiri oleh presiden ataupun wakil presiden.
6. Mengatur dan mempersiapkan protokoler dan hubungan kemasyarakatan.
7. Mempersiapkan, menyelenggarakan, dan men-administrasi berbagai pengangkatan ataupun pemindahan posisi segenap pembantu presiden.
8. Menjalankan dan mengatur berbagai kegiatan dan organisasi di lingkungan Sekretariat Kabinet.
9. Mengumpulkan, mengolah, dan menyelenggarakan penyediaan data dan sarana untuk mendukung kegiatan di Sekretariat Kabinet.
10. Mengorganisir dan mengoordinasi pelaksanaan tugas Staf Khusus Presiden, dan Staf Khusus Wakil Presiden.
Setelah kita membaca tugas dan fungsi Sekretaris Kabinet tersebut, kita akan menyadari betapa vital-nya posisi Pramono Anung dalam menjalankan roda pemerintahan. Apabila dia melakukan kesalahan maka Pak Jokowi lah yang akan menerima dampaknya secara langsung.
Masih teringat di salah satu sisi ingatan ini bagaimana Andi Widjajanto melakukan berbagai blunder yang berakibat pada buruknya citra presiden. Kita mengingat bagaimana dampak yang terasa ketika dikeluarkannya Perpres Nomor 39/2015 tentang usulan kenaikan muka mobil bagi pejabat negara yang sebelumnya memang lalai dalam melakukan seleksi substantif. Dia juga melakukan kesalahan fatal dalam melakukan verifikasi naskah pidato presiden pada Konferensi Asia Afrika (KAA) yang memberikan data ambigu terkait data hutang Indonesia terhadap International Monetary Fund (IMF) dan juga naskah pidato presiden pada peringatan Hari Lahir Pancasila yang membuat presiden salah menyebutkan bahwa Blitar sebagai tempat kelahiran Soekarno. Sebuah kesalahan yang sangat fatal yang membuat citra dan wibawa presiden jatuh. Dan ketika citra dan wibawa seorang pemimpin menurun akan mempengaruhi kepemimpinannya. Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan mengganti Sekretaris Kabinet, dan pada 12 Agustus 2015 Andi Widjajanto digantikan oleh Pramono Anung Wibowo.
Banyak orang yang mengatakan bahwa kinerja Pak Jokowi pada tahun 2016 kemarin memuaskan. Berdasarkan survei SMRC, terjadi peningkatan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dari 41% pada tahun 2015 menjadi 67% pada tahun 2016. Hasil ini tidak terlepas dari kinerja Sekretaris Kabinet yang baru yaitu Pramono Anung.
Mari kita lihat bagaimana profil gebrakan dari Pramono Anung.
Pramono Anung merupakan Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjajaran yang sebelumnya juga telah mendapatkan gelar dari Teknik Pertambangan ITB, yang kemudian dilanjutkan Magister Manajemen dari Universitas Gadjah Mada. Riwayat pendidikannya sangat mendukung dalam menganalisis berbagai kebijakan. Karir politiknya juga cukup lancar. Berkiprah dengan PDIP membawanya menjadi Wakil Ketua DPR dibawah Marzuki Alie.
Pengalaman politik dan riwayat pendidikannya membuatnya dapat melakukan manajemen kabinet dengan baik, membuat kebutuhan komunikasi presiden, menganalisis berbagai kebijakan, serta memprediksi ancaman dari dalam dan luar kabinet. Maka wajar jika ke mana saja pak Jokowi pergi kita juga akan melihat Pramono Anung di sisinya. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gebrakan dan prestasi beliau di bidang manajemen kabinet, evaluasi kebijakan, dan protokoler kepresidenan.

Pramono dan Pak Jokowi
Manajemen Kabinet
Tiga hal fenomenal dapat dilihat pada reshuffle kabinet 2016 yaitu pengangkatan Sri Mulyani, dan Archandra Tahar, Pemindahan Luhut dari Menkopolhukam ke Menko Kemaritiman, dan pemecatan Anies Baswedan. Pemanggilan Sri Mulyani dan Archandra Tahar tidak lepas dari hasil saringan Sekretaris Kabinet. Pemindahan Luhut ke Menko Kemaritiman juga didukung oleh hasil evaluasi Pramono terhadap kinerja Luhut dan posisi Kemenkopolhukam pada saat itu yang telah berhasil mengubah susunan kursi partai pendukung pemerintah, dan pengangkatan Tito sebagai Kapolri. Keputusan memecat Anies Baswedan dari kursi Kemendikbud memang mengejutkan banyak orang. Pasalnya Anies yang dikenal sebagai salah satu sosok menginspirasi dan prestatif, juga merupakan pendukung utama Pak Jokowi pada Pilpres kemarin. Pemecatan Anies juga merupakan hasil dari evaluasi Pramono terhadap kinerjanya sebagai Mendikbud, dan hasil evaluasi tersebut memang terbukti saat ini dimana Anies memperlihatkan sosok aslinya. Sosok oportunis dan ambisius. Sangat berbahaya bagi kabinet yang berarti Pramono telah menyelamatkan kabinet.
Evaluasi Kebijakan
Salah satu evaluasi kebijakan yang cukup besar adalah evaluasi paket kebijakan ekonomi. Tahun 2015 pemerintah mengeluarkan 12 paket kebijakan ekonomi dan setidaknya ada 203 regulasi yang diubah atau disempurnakan di tahun 2016. Hal ini sempat dipertanyakan karena paket kebijakan yang sebelumnya telah mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1%. Keputusan yang tepat dilakukan oleh presiden beserta kabinet nya karena banyak hal tidak terduga yang terjadi pada 2017. Kebijakan Donald Trump tentang kebijakan pembatasan ekonomi Amerika membuat peta perdagangan dunia menjadi berubah termasuk volume perdagangan Indonesia ke China. Pilkada juga menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam deregulasi karena pengaruhnya yang besar terhadap gairah investasi. Sehingga perlu diterapkan regulasi yang ketat untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan inflasi tetap stabil.
Hasil deregulasi paket kebijakan ekonomi tersebut tidak lepas dari hasil analisis dan evaluasi oleh Sekretaris Kabinet. Selamat! Pramono sekali lagi menyelamatkan kabinet.
Protokoler kepresidenan
Tahun 2017 merupakan momen kerja sama internasional Indonesia. Seperti yang kita ketahui, beberapa pemimpin negara datang silih berganti ke Indonesia. Raja Arab Saudi, Presiden Perancis, Perdana Menteri Jepang, hingga KTT IORA di Jakarta yang dihadiri oleh 16 kepala negara. Bagaimana protokol kepresidenan hingga naskah pidato yang dibacakan oleh presiden mempengaruhi wibawa bangsa di depan negara lain. Begitu juga dengan kesepakatan kerja sama antar negara. Sekali lagi Pramono menunjukkan kualitasnya yang brilian dalam hal ini. Bisa dibayangkan apabila Pak Jokowi salah menyebutkan data seperti yang terjadi di KAA pada 2015. Bisa jadi ribet nanti. Para haters akan bergentayangan.
Melihat berbagai prestasi dan gebrakannya wajar saja jika Pramono saat ini menjadi salah satu bagian yang paling berpengaruh dan brilian dari setiap langkah yang diambil Pak Jokowi. Salah sedikit bisa ribet masalah.