Matanurani, Jakarta – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan nilai neraca perdagangan Indonesia pada September 2017 mengalami surplus sebesar USD 1,76 miliar. Angka ini berasal dari total nilai ekspor sebesar USD 14,54 miliar dan total nilai impor sebesar USD 12,78 miliar.
“Kita masih surplus sebesar UDD 1,76 miliar, ini lebih tinggi dari bulan lalu. Ada penurunan ekspor tapi impor lebih tajam sehingga surplus lebih besar,” ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Senin (16/10).
Suhariyanto mengatakan surplus pada September, dipicu oleh sektor non migas sebesar USD 2,26 miliar. Sebaliknya, neraca perdagangan sektor migas mengalami defisit sebesar USD 0,50 miliar.
Dari sisi volume perdagangan, neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus 35,20 juta ton pada September 2017. “Angka tersebut didorong oleh surplusnya neraca sektor non migas 35,26 juta ton namun neraca volume perdagangan sektor migas defisit 0,06 juta ton,” jelasnya.
Suhariyanto menambahkan, secara kumulatif (Januari-September 2017), nilai neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 10,87 miliar. Angka tersebut disumbang oleh ekspor USD 123,36 miliar dan impor USD 112,49 miliar.
“Ini bisa terjadi karena ekspornya naik sedangkan impornya turun sehingga menghasilkan surplus yang lumayan besar. Kita harapkan surplus ini meningkat sampai akhir tahun,” katanya.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit dengan China, Australia dan Thailand. Namun, masih mengalami surplus terhadap India, AS dan Belanda.
“Neraca perdagangan kita surplus dengan India Amerika dan Belanda. Terhadap Tiongkok, Thailand dan Australia kita mengalami defisit,” tandasnya.(Mer).