Home News Perjalanan Indonesia Keluar Middle Income Trap di 2045 Dinilai Sulit

Perjalanan Indonesia Keluar Middle Income Trap di 2045 Dinilai Sulit

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Perjalanan Indonesia menuju negara maju atau keluar dari jebakan kelas menengah (middle income trap) dinilai masih panjang dan sulit untuk dicapai.

Pasalnya, hingga saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai belum inklusif, dan belum mencerminkan demokrasi ekonomi. Menurut Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini, hal tersebut menjadikan target keluar dari middle income trap sebelum 2045 menjadi semakin sulit.

Di samping itu, Hendri menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dari waktu ke waktu mengalami penurunan. Dari tahun 1968 hingga akhir tahun 1970-an, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7,5 persen.

Angka tersebut turun lagi pada periode tahun 1980-an hingga 1996, menjadi 6,4 persen. Baca Juga : Indonesia Targetkan Kembali Naik ke Upper Middle Income di 2023 Lalu, pada tahun 2000-an hingga saat ini, rata-rata pertumbuhan Indonesia turun lagi menjadi sekitar 5,2 persen.
Bahkan, saat pandemi Covid-19 terjadi di 2020, ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 2,07 persen.

“Kalau kita bicara inclusive growth, dan kita menghadapi kondisi seperti ini, untuk menuju 2045 yang hanya tinggal 25 tahun, menurut saya ini adalah PR besar. Artinya, kita tidak mungkin mencapai Indonesia emas, atau negara maju dengan US$12.000 per kapita, dengan kondisi yang seperti ini,” jelas Hendri pada diskusi virtual 50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi: CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045, Rabu (4/8).

Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Dewan Direksi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Foundation Djisman Simandjuntak. Dia bahkan menilai hal tersebut tidak mungkin untuk dicapai.

Dengan fluktuasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Djisman menilai untuk mencapai pertumbuhan ekonomi per kapita sebesar 4,83 persen saja, sampai 2045, tidak mungkin untuk tercapai.

“Jadi pertanyaannya bagaimana kita bisa menghasilkan pertumbuhan per kapita sekitar 5 persen secara inklusif dan konsisten selama 24 tahun tanpa terinterupsi? Kelihatannya, tidak mungkin. Mission impossible,” ujarnya.

Meski begitu, Indonesia dinilai masih bisa bertransformasi seperti halnya perekonomian Korea Selatan dan China yang tumbuh secara “ajaib” meskipun dalam kurun waktu puluhan tahun.

Kuncinya, tambah Djisman, adalah perbaikan produktivitas yang dipicu oleh investasi baru. Menurutnya, dengan investasi baru, teknologi baru juga akan lahir.

“Rasanya tidak mungkin untuk meningkatkan produktivitas tanpa perubahan teknologi baru, di seluruh sektor. Tidak hanya digital, karena produktivitas harus diangkat di seluruh sektor,” katanya.

Adapun, Indonesia memiliki target untuk menjadi negara maju dengan produk domesktik bruto (PDB) riil 5,7 persen dan PDB rill per kapita sebesar 5,0 persen, sebelum 2045. Target tersebut tertuang pada “Visi Indonesia 2045 Menuju Negara Maju”.

Pada visi tersebut, Indonesia diperkirakan bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap) pada 2036 atau 2038, jika pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata mencapai 5,7 persen antara 2015-2045. (Cnb).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here