Matanurani, Jakarta – Nasib sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sempat jadi pembahasan dalam rapat kerja Komisi IV DPR RI. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bakal meluangkan waktu khusus dengan Menteri BUMN Erick Thohir, untuk membahas nasib 3 BUMN terkait.
Tiga BUMN tersebut adalah PT Berdikari (Persero), PT Pertani (Persero), dan PT Sang Hyang Seri/SHS (Persero). Ketiga perusahaan pelat merah itu bergerak di sektor pertanian.
“Saya kira ini (nasibnya) harus kita bicarakan antara menteri karena itu kan di bawah Menteri BUMN, bukan kita,” ungkap SYL ketika ditemui di komplek parlemen, Senayan, usai rapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (26/8/20).
Ia mengaku, sejauh ini Kementan masih membutuhkan peran dari masing-masing perusahaan tersebut. Ia bilang hilirisasi produk pertanian masih membutuhkan kinerja dari perusahaan-perusahaan tersebut.
“Tentu saja kita butuh untuk hilirisasi. Kalau produktivitasnya tinggi kemudian nggak ada yang menangkap hilirnya gimana,” bebernya.
Mengenai kinerja 3 BUMN tersebut yang kerap jadi sorotan, SYL juga mengaku akan membicarakan lebih lanjut dengan Erick Thohir. Yang jelas, dia masih bertekad untuk memberdayakan BUMN tersebut.
“Kita berharap bisa mem-backup seluruh akselerasi pertanian dan produktivitasnya sudah bisa jalan melalui berbagai budi daya pertanian. Tetapi hilirisasinya kan membutuhkan BUMN untuk bisa menangkap dan sebagainya” katanya.
Ihwal nasib 3 BUMN ini sempat dipertanyakan oleh Ketua Komisi IV DPR RI Sudin. Ia menggugat kepedulian SYL untuk mendongkrak kinerja perseroan di sektor pertanian.
“Pak menteri tolong pikirkan itu ada Pertani, ada Berdikari, ada SHS. Mau diapakan mereka ini. Kalau sudah tidak diberdayakan oleh Kementan yang konon bapaknya, selain punya bapak satu lagi BUMN, mau diapain?” tanya Sudin.
“Kalau memang dilikuidasi, ditutup ya ditutup. Tapi kalau memang dihidupkan ya tolong dipikirkan karena dulu PT Berdikari, Pertani, SHS itu cukup eksis, cukup kuat,” lanjutnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sejak 2015-2016, terdapat 8 BUMN yang merugi. Kemudian pada 2016 menurun menjadi 3 BUMN yang merugi, dan terakhir pada 2018 tercatat ada 7 BUMN yang merugi, salah duanya yakni Pertani dan Sang Hyang.
Kerugian yang terjadi pada Sang Hyang Seri dan Pertani disebabkan karena inefisiensi bisnis, beban bunga, dan perubahan kebijakan pemerintah dalam mekanisme pengadaan benih.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pihaknya terus mendorong agar perusahaan-perusahaan pelat merah di klaster pangan bisa menjalankan bisnis sesuai dengan penugasannya masing-masing.
“Ini yang kami coba terus terang rapat pangan belum jadi. Belum sebagus farmasi, logistik. Ini masih ada 1-2 poin. BGR [PT Bhanda Ghara Reksa (Persero)] itu kami fokuskan untuk dukung pangan. Lalu coba sinergikan pupuk perkebunan, pertanian supaya benar-benar mapping-nya pas. Kita juga review juga gimana peran Bulog, PPI, Berdikari jangan tumpang tindih,” kata Erick di Jakarta, Kamis (18/6). (Cnb).