Home News Urbanisasi di Indonesia Akan Capai 70% di 2030

Urbanisasi di Indonesia Akan Capai 70% di 2030

0
SHARE

Matanurani, Jakarta  – World Bank melihat urbanisasi yang terjadi di Indonesia telah memiliki pola baru. Saat ini, penduduk yang berpindah cenderung menjauhi kota besar seperti, Jakarta serta menyasar kota sekunder, seperti Yogyakarta, Cirebon, Pekalongan, dan sebagainya. Kota sekunder sendiri biasanya dihuni sekitar 500.000 hingga 3 juta penduduk.

“Kami memperkirakan arus perpindahan ke kota di Indonesia mencapai 70% pada 2030,” jelas Lead Municipal Engineer Bank Dunia George Soraya di Kantor Bank Dunia Perwakilan Indonesia, Selasa (3/10).

Dalam laporannya “Expanding Opportunities for the Urban Poor”, World Bank menyebutkan kota-kota di Asia Timur dan Pasifik merupakan kawasan dengan tingkat urbanisasi paling tinggi di dunia. Sayangnya, negara-negara di kawasan tersebut belum dapat menyediakan infrastruktur, lapangan kerja, dan Iayanan secepat derasnya urbanisasi.

Hal ini menyebabkan melebarnya ketimpangan, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan perpecahan sosial. Dalam laporannya, World Bank juga menyebutkan rata-rata tingkat urbanisasi tahunan di kawasan tersebut sebesar 3%. Sisi positifnya, urbanisasi ini membantu mengangkat 655 juta orang keluar dari kemiskinan dalam dua dekade terakhir.

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa, dalam sambungan video conferencenya, mengungkapkan urbanisasi ini memiliki tantangan. Pasalnya, kawasan yang menjadi tujuan dari kaum urban ini menjadi populasi kumuh. Umumnya, kawasan ini memiliki perumahan berkualitas rendah, akses terbatas terhadap pelayanan dasar, serta cenderung berisiko terhadap bencana seperti banjir.

“Tantangan kolektif kami adalah memperluas kesempatan bagi semua orang di kota, mulai dari migran baru yang tinggal di pinggiran pabrik sehingga mereka dapat memperoleh manfaat Iebih dari urbanisasi dan membantu pertumbuhan yang Iebih kuat,” kata dia.

Dia melanjutkan, banyak negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang belum memiliki kualitas pelayanan kaum urban dengan baik, harus belajar dari negara-negara yang berhasil menerapkan urbanisasi inklusif. Dengan urbanisasi inklusif, negara ini terbukti mampu menciptakan ruang bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

“Dalam periode 1970 hingga 1980, ekonomi Singapura tumbuh rata-rata 8% per tahun, terutama karena strategi perencanaan kota yang menyediakan infrastruktur, perumahan terjangkau, dan layanan sosial yang efektif,” tukas dia. (Oke).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here