Matanurani, Jakarta – Ledakan bom di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur menjadi bukti bahwa jaringan dan sel-sel teroris belakangan ini memelihara eksistensi diri mereka melalui kamuflase dengan cara tinggal sedekat mungkin dengan masyarakat.
Pada Kamis (5/7) kemarin ledakan bom terjadi di daerah pemukiman Kelurahan Pogar, Pasuruan. Pemilik empat bom yang meledak merupakan teroris asal Aceh yang bersama keluarganya mengontrak rumah milik warga setempat sejak dua tahun yang lalu.
Ketua SETARA Institute Hendardi merasa inilah saatnya masyarakat meningkatkan partisipasi dalam upaya deteksi dini terorisme. Menurutnya kelompok-kelompok masyarakat hingga di unit terkecil di tingkat rukun tetangga, bahkan dasawisma, harus memiliki ketahanan sosial untuk melawan infiltrasi ideologi teror serta melakukan pencegahan awal terhadap eksistensi terorisme, pelaku, dan jaringannya.
“Di samping itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus mengoptimalkan kerja-kerja fungsional Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang dibentuk oleh BNPT di tingkat provinsi,” kata Hendardi dalam keterangan resminya Jumat (6/8).
Menurutnya fungsi-fungsi komunikasi lintas sektoral FKPT seperti itu harus ditingkatkan untuk mengenali sejak dini indikasi terorisme dan jaringan teror.
“Dalam kerangka itu, Setara Institute merekomendasikan agar lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) di unit-unit kemasyarakatan terkecil, seperti desa/kelurahan bahkan RT/RW, direvitalisasi dengan meningkatkan partisipasi dan kapasitas deteksi dini terorisme,” imbuhnya.
Oleh karena itu menurut Hendardi, penting bagi pemerintah untuk memperluas kerja-kerja pencegahan terorisme yang mengakomodasi partisipasi masyarakat melalui ekstensifikasi pelembagaan FKPT hingga tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. (Inf).
