Matanurani, Jakarta – Jubir Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia kini mulai beragam baik yang diproduksi dari China maupun Eropa dan Amerika.
Namun, hal itu tidak perlu membuat masyarakat bingung untuk memilih. Nadia mengatakan kelima vaksin yang sudah tersedia di Indonesia, yakni Sinovac dan Sinopharm yang diproduksi oleh China, AstraZeneca yang berasal dari Inggris atau Pfizer dan Moderna buatan Amerika Serikat, sudah mendapatkan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
“Enggak usah milih-milih vaksin. [Kelimanya] sudah merupakan vaksin yang terdaftar di WHO dan menerima rekomendasi WHO. Secara kualitas kelimanya sama dalam upaya penanganan pandemi, serta sudah aman dan efektif, termasuk terhadap varian baru,” ungkapnya dalam siaran RRI, Senin (23/8).
Adapun alasan pemerintah menyediakan vaksin dengan merek yang beragam lantaran besarnya kebutuhan vaksin di negara dengan populasi lebih dari 260 juta jiwa ini. Untuk itu, tidak mungkin pemerintah hanya mengandalkan vaksin yang diproduksi oleh satu perusahaan tertentu.
“Tidak ada satu produsen yang bisa memenuhi 426 juta dosis vaksin [sehingga bisa] dikirim ke Indonesia sampai tahun ini. Jadi harus ada vaksin dari berbagai sumber,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Indonesia akan menerima kedatangan masing-masing 70 juta dosis vaksin pada Agustus dan September. Pada 19 Agustus lalu, sebanyak 1,5 juta dosis vaksin Pfizer telah tiba dari pesanan sebanyak 50 juta dosis.
Pada hari yang sama, vaksin AstraZeneca yang berasal dari bantuan pemerintah Belanda datang sebanyak 450.000 dosis. Sehari setelahnya, ada tambahan 567.000 vaksin AstraZeneca yang melengkapi kebutuhan vaksinasi nasional.
Menurut penuturan Nadia, terdapat 170 juta dosis vaksin yang sudah diterima oleh pemerintah dan siap untuk diberikan kepada sasaran vaksinasi. Terkait efikasi, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menjelaskan bahwa semua vaksin yang tersedia di Indonesia sudah memenuhi standar WHO sebesar 50 persen. Efikasi dihitung pada saat uji klinis. Angka efikasi merupakan efektivitas suatu vaksin yang diukur dalam persentase.
“Sudah pasti semua vaksin ini sama dari segi keamanan dan efektivitasnya semuanya baik. Enggak perlu pilih-pilih vaksin lagi, karena semua sama-sama bisa membuat perlindungan kepada kita,” tuturnya.
Dia juga menegaskan bahwa semakin tingginya efikasi vaksin tidak berhubungan dengan KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. (Bis).