Matanurani, Jakarta — Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyebut Kota Depok, Jawa Barat, menjadi wilayah penyumbang tertinggi jumlah kasus aktif virus corona di Indonesia ada awal Agustus ini.
Kasus aktif merupakan warga terinfeksi Covid-19 yang tengah menjalani perawatan di fasilitas kesehatan maupun isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Semakin tinggi kasus aktif akan berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) sejumlah rumah sakit.
“Secara nasional, lima besar kabupaten/kota yang memiliki kasus aktif tertinggi adalah Kota Depok dengan jumlah 27.389 kasus aktif,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (5/8).
Kemudian Kabupaten Bantul (DI Yogyakarta )dengan 14.760 kasus aktif, dan Kota Tangerang Selatan (Banten) dengan 11.180 kasus aktif.
Secara keseluruhan, kata Wiku, Satgas mencatat Jawa Barat (Jabar) menjadi provinsi dengan penyumbang kasus aktif terbanyak dan tertinggi di Indonesia dengan 11 kabupaten/kota yang masuk di dalam kategori 50 kabupaten/kota dengan kasus aktif Covid-19 tertinggi secara nasional.
“Jabar menjadi penyumbang kabupaten/kota terbanyak yang memiliki kasus aktif tertinggi yakni 11 kabupaten/kota,” imbuhnya.
Wiku juga mencatat dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, sebanyak 0,39 persen di antaranya atau dua kabupaten/kota tidak ada kasus Covid-19. Kemudian 11,09 persen atau 57 kabupaten/kota memiliki jumlah kasus aktif kurang dari 50 kasus.
Selanjutnya 63,13 persen atau setara 324 kabupaten/kota memiliki kasus aktif yang berkisar di antara 51 hingga 1.000 kasus. Dan 25,49 persen atau 131 kabupaten/kota memiliki kasus aktif lebih dari 1.000 kasus.
“Dari 131 kabupaten/kota tersebut, sayangnya masih didominasi oleh kabupaten/kota dari pulau Jawa dan Bali,” ujar Wiku.
Wiku juga menekankan, target kesembuhan warga yang terpapar Covid-19 harus digenjot dengan perawatan yang maksimal di fasilitas kesehatan, sehingga nantinya diharapkan kasus aktif dapat menurun secara drastis.
“Kematian juga dapat mengurangi kasus aktif, namun bukan itu yang diinginkan kita. Penurunan kasus aktif harus diupayakan tercapai karena kesembuhan yang tinggi,” kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tersebut.(Cen).