Matanurani, Jakarta – Maju mundurnya kelapa sawit sangat mempengaruhi kehidupan dari 22 juta masyarakat pekerja sawit, sehingga dampaknya besar bagi pembangunan ekonomi, khususnya untuk upaya penciptaan lapangan kerja serta penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Sri Adiningsih dalam acara Public Policy Discussion bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bertajuk Tantangan Perbaikan Kebijakan Industri Kelapa Sawit di Kantor Apindo, Kuningan Jakarta, Rabu (21/6).
Menurutnya, tantangan industri kelapa sawit dalam negeri harus segera diatasi karena peran kelapa sawit sangat strategis dan penting dalam perekonomian nasional.
“Peran kelapa sawit sangat strategis, prospektif dan penting dalam perekonomian nasional, baik dari sisi output, penyerapan tenaga kerja dan ekspor,” papar Sri.
Selanjutnya kata Sri, secara prinsip perkembangan sawit di Indonesia tetap tumbuh, ekspor terus meningkat meskipun nilainya masih naik turun. Namun, pada akhirnya Sri mengakui tidak mudah untuk bisa mengembangkan atau meningkatkan pertumbuhan ditengah berbagai perkembangan ekonomi saat kini.
“Masa depan perkebunan sawit akan banyak mempengaruhi ekonomi indonesia. Sedangkan untuk mengatasi permasalahan yang ada, selain kebijakan pemerintah, juga perlu melibatkan semua pihak khususnya para stake holder, pengusaha, dan investor agar semua upaya untuk meningkatkan produksi dan produktifitas dan nilai tambah dapat menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat, ” pungkasnya.
Dalam Public Policy Discussion bersama Apindo turut hadir ketua umum Apindo Haryadi B Soekamdani, Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN), Dr Benny Pasaribu, Baleg DPR Firman Subagyo, Johny Darmawan dan beberapa narasumber lainnya. (Simon).
