Matanurani, Jakarta – Pemerintah optimistis dapat terus mendongkrak kinerja sektor peternakan Tanah Air.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketur Diarmita mengungkapkan, pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan lainnya sedang melakukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas industri peternakan.
Salah satu langkah yang konsisten dijalankan dan telah membuahkan hasil ialah Upaya Khusus (Upsus) Sapi Wajib Bunting (Siwab). Sejak 1 Januari 2017 hingga 30 Juni 2018, sudah terdapat 6.193.064 ekor sapi yang diberikan inseminasi buatan. Angka itu sudah mencapai 88,47% dari total target 7.000.000 ekor.
Adapun, total kebuntingan kumulatif sudah sebanyak 2.789.476 ekor atau 54,69% dari target bunting 5.100.000 ekor. Sedangkan, total kelahiran yang dicapai ialah 1.425.484 ekor.
Ketut mengatakan esensi Upsus Siwab adalah untuk mengubah pola pikir para peternak yang selama ini masih bersifat sambilan.
“Masih banyak peternak yang memelihara sapi hanya untuk dijual kembali. Bukan untuk dikembangkam menjadi besar dan memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Ini yang kami coba ubah. Peternak harus menuju ke arah profit dan menguntungkan bagi mereka,” ujar Ketut saat membuka Indo Livestock 2017 Expo & Forum di JCC, Jakarta, Rabu (4/7).
Untuk mewujudkan percepatan swasembada protein hewani, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan juga melakukan pengembangan sapi ras baru yakni Belgian Blue. Pengembangan itu disupervisi oleh komisi ahli dari IPB dan UGM serta praktisi dibidang perbibitan.
Tidak hanya di sisi produksi, upaya penguatan juga dilakukan pada sektor distribusi dan pemasaran. Pasalnya, kedaulatan pangan tidak hanya mencakup ketersediaan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses.
Pada sisi tersebut, pemerintah mendorong program kemitraan oleh pelaku usaha dengan peternak. Dengan adanya kemitraan tersebut diharapkan pelaku usaha mendapatkan kepastian bahan baku dan peternak mendapatkan kepastian akses pasar.
Dengan program kemitraan yang baik, rantai distribusi pun menjadi semakin rapi sehingga biaya distribusi dapat ditekan. Dengan demikian, harga di tingkat konsumen menjadi terjangkau.
Berdasarkan data Kementan, subsektor peternakan masih berperan penting bagi proses pembangunan, terutama di daerah perdesaan. Dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, kontribusi subsektor peternakan tercatat sebesar 1,57% pada 2017.
Adapun, untuk pembentukan PDB sektor pertanian, subsektor peternakan berkontribusi sebesar 15,87%, tumbuh 3,83% dari tahun sebelumnya.
Dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2017, subsektor peternakan juga berkontribusi menyerap 3,84 juta tenaga kerja atau 11,51% dari total sektor pertanian. Sementara, terhadap total tenaga kerja nasional, subsektor tersebut berkontribusi sebesar 3,17%.
“Keberhasilan pembangunan peternakan saat ini patut kita banggakan. Capaian kinerja ini adalah hasil dari kerjasama yang erat antara pelaku usaha peternakan, peternak dan instansi terkait lainnya,” tuturnya.
Pelaksanaan Indo Livestock 2017 Expo & Forum pun dianggap sebagai kunci penting dalam mengembangkan industri peternakan di masa mendatang. Pasalnya, kegiatan tersebut mempertemukan seluruh elemen terkait mulai dari pemerintah, pengusaha, peternak serta para potensial investor dari seluruh penjuru dunia.
“Saya meyakini bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, saya meminta agar dalam pelaksanaan pembangunan nasional dapat terwujud sinergisme antara peran dari pemerintah, swasta dan masyarakat,” tandasnya. (Mei).