Matanurani, Jakarta – Untuk mewujudkan Indonesia tahun 2020 menjadi bursa efek terbesar di Asia Tenggara bukanlah hal yang mustahil, bila melihat pertumbuhan dan peningkatan poin bursa efek Indonesia dari tahun berjalan.
“Apalagi keterangan Presiden Joko Widodo di Bursa Efek Indonesia adalah bukti Pemerintah ingin mendorong meningkatnya investasi melalui bursa efek,” kata Ghontor R Azis, Kepala Departemen Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Kamis (6/7).
Ghontor menuturkan, dalam tiga tahun terakhir pola bursa pasar saham naik secara signifikan, karena di dorong peningkatan global rating perusahaan, dan terciptanya ekonomi yang positif dalam investasi pasar saham.
Selnanjutnya meningkatnya persepsi pertahanan eknomi, khususnya pada perbankan Indonesia secara global di Asia-Pasifik, dalam hal ini Bank Mandiri dan Bank Central Asis (BCA) membuat optimistis pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.
“Dunia menjadi sangat apresiasi dengan dukungan dan jaminan Pemerintah dalam investasi pasar modal,” tutur Ghontor.
Selain itu, Ghontor melanjutkan, bursa efek Indonesia dibawah komando Direktur Utama Bursa Efek Indonesa (BEI) Tito Sulistio mampu memberikan rasa aman bagi perusahaan untuk berinvestasi di pasar modal.
“BEI mampu mengkampanyekan kepada masyarakat dari menabung menjadi pelaku yang menanam saham. Ini salah satu pekerjaan baru dilakukan dalam upaya komitmen pemerintah untuk menyambut era ekonomi yang bangkit sampai tahun 2020,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, sampai saat ini di Asean Indonesia adalah nomor dua bursa efek terbesar, selain Singapura. Karenanya, target 2020 menjadi bursa efek terbesar di Asean bukanlah sekedar angan-angan belaka. (Ian).