Home Nasional Pengamat: Nurhadi-Aldo Tak Sebabkan Golput di Kalangan Pemilih Muda

Pengamat: Nurhadi-Aldo Tak Sebabkan Golput di Kalangan Pemilih Muda

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Kemunculan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden fiktif, Nurhadi-Aldo, menjadi fenomena dan memenuhi ruang informasi publik, khususnya di media sosial.

Satire-satire politik yang disuguhkan terbukti banyak menyita perhatian masyarakat. Perhatian terutama diberikan oleh kaum milenial pengguna Instagram, Facebook, dan Twitter.

Meski terhitung baru, kali pertama muncul pada akhir Desember 2018, namun perkembangan dari fenomena politik humor ala Nurhadi-Aldo ini sudah terbilang masif.

Sama seperti pencalonannya yang fiktif, pasangan ini memiliki relawan dan simpatisan dari berbagai daerah, yang juga bersifat fiktif tentunya.

Menyadari eksistensi pasangan yang diangkat “Koalisi Indonesia Tronjal Tronjol Maha Asyik” di tahun politik sekarang ini, beberapa kekhawatiran kemudian muncul ke permukaan.

Satire politik dan humor segar yang ditawarkan oleh Nurhadi-Aldo, ditakutkan akan membuat kalangan muda semakin pesimistis dan apatis, sehingga enggan berpartisipasi dalam kegiatan politik praktis.

Padahal, pemilu eksekutif dan legislatif akan dihelat serentak pada 19 April mendatang.

Namun, menurut pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Kuskridho Ambardi, itu merupakan kekhawatiran yang tak perlu ada.

Menurut dia, kemunculan parodi politik Nurhadi-Aldo ini tidak akan memengaruhi jumlah golput di kalangan pemilih muda.

“Sebetulnya, sebelum Nurhadi muncul, tren penurunan partisipasi sudah terjadi sejak Pemilu 2004. Jadi Nurhadi tak mengawali tren penurunan itu atau memulai perluasan kejenuhan,” kata pria yang akrab disapa Dodi Ambardi, seperti dilansir dari kompas, Selasa (8/1).

Menurut Dodi yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), sejumlah survei yang dilakukan banyak lembaga tidak menunjukkan adanya peningkatan golput di masyarakat.

“Sejauh rekaman data survei, ia (Nurhadi-Aldo) tak memperbesar potensi golput. Beberapa bulan terakhir, yang belum atau tak memilih berkisar 10 persen dan tak meningkat drastis,” ujar Dodi.

Karena perilaku pendukung

Dodi menambahkan, tren penurunan partisipasi politik masyarakat bukan berasal dari parodi atau satire seperti fenomena Nurhadi-Aldo.

Namun, banyak orang yang kini memilih golput disebabkan tingkah pendukung atau partai politik yang saling mengolok-olok antar-kubu yang justru tidak fokus pada kebutuhan publik yang semestinya jadi tanggung jawab mereka.

“Tak membahayakan dalam arti kemunculan humor calon alternatif itu tak akan menurunkan partisipasi politik anak muda,” ucap Dodi.

“Tren penurunan partisipasi itu sumbernya bukan di parodi-parodi dan satire semacam itu. Tapi dari politik pemilu yang sibuk dengan olok-olok antar-timses dan pendukung dan tak responsif terhadap concern publik,” ungkapnya.

Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari humor-humor segar bergaya satire ala timses paslon Dildo.

Keberadaannya justru bisa menjadi pendingin suasana politik dalam negeri saat ini yang tengah panas.(Kps)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here