Home Keuangan Alih-alih Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Justru Tergerus Jumbo untuk Bayar Utang

Alih-alih Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Justru Tergerus Jumbo untuk Bayar Utang

0
SHARE

 

Matanurani, Jakarta – Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Abdul Manap Pulungan mengatakan, usaha Bank Indonesia (BI) menstabilkan mata uang rupiah menggunakan cadangan devisa (cadev), bisa saja. Namun, upaya itu justru membuat cadev tekor besar.

“Penurunan cadangan devisa ini cukup berpengaruh signifikan terhadap kemampuan Bank Indonesia untuk mengintervensi ketika terjadi tekanan terhadap nilai tukar. Karena cadangan devisa yang sedikit itu, bermakna BI tidak leluasa dalam mengintervensi ketika rupiah mengalami depresiasi,” ujar Abdul Manap dikutip Rabu (14/5).

Dia mengatakan, tergerusnya cadangan devisa juga dipengaruhi pembayaran bunga utang serta utang pokok pemerintah untuk impor industri. Di sisi lain, BI tidak mempertimbangkan kalkulasi mengenai pembayaran kepada swasta.

Dalam hal perhitungan cadev, ketersediaannya belum mempertimbangkan atau belum mengkalkulasi kebutuhan pembayaran swasta. Sehingga inilah yang menjadi salah satu konsensi rupiah itu cenderung depresiasi karena cadangan devisa yang lebih rendah,” ucapnya.

Agar cadangan devisa tak tergerus dalam, dia meminta pemerintah dan BI memastikan devisa hasil ekspor masuk ke Indonesia. “Juga memacu peningkatan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI),” tegasnya.

Informasi saja, cadev untuk membiayai operasi moneter BI, mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pada April 2025, misalnya, cadev masih berada di level US$136,2 miliar. Sebulan berselang, atau Mei 2025 berkurang US$4,6 miliar menjadi US$131,6 miliar.

Dengan kurs Rp16,500/US$, susutnya sekitar Rp75 triliun. Lebih dari anggaran awal program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dipatok Rp71 triliun.

Terkait anjloknya cadev Mei 2025, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso menyebut, digunakan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Meski turun signifikan, dia menyebut, posisi cadev masih tergolong aman karena di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. “Setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” kata Ramdan, Kamis (8/5).

Cadev tak bisa dibilang hanya angka di atas kertas, namun simbol kepercayaan internasional terhadap perekonomian Indonesia dan alat intervensi riil bagi stabilitas eksternal. (Ini).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here