Matanurani, Jakarta – Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) menggelar Fokus Group Diskusi (FGD) bersama para stakeholder komoditas bawang dalam rangka memperkaya penyusunan roadmap industrialisasi pertanian dan kehutanan berbasis pohon industri dan sistem klaster-kawasan.
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Pangan KEIN, Benny Pasaribu mengatakan masukan dari para stakeholder komoditas bawang nantinya dijadikan policy memo untuk pemerintah dalam rangka hilirisasi ke depan yang dapat memberikan nilai tambah kepada pelaku ekonomi atau petani bawang di hulu.
Benny menambahkan, dengan adanya hilirisasi tersebut diharapkan daya saing hasil industri akan meningkat dan berkembang karena dekat dengan bahan baku, sementara hilirnya di fokuskan dalam satu kawasan yang dekat dengan pelabuhan atau bandara.
“Jadi dengan hilirisasi semuanya jelas dan terangkum dengan baik,” kata Benny di Hotel Manhatan Jakarta, Selasa (10/10).
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari mengapresiasi gelaran komoditi bawang yang menjadi fokus diskusi KEIN kali ini.
Menurut dia, ABMI sangat mendukung industrialisasi komoditi bawang karena produksi di tingkat petani saat kini berlimpah mencapai 1,25 juta ton per tahun dan konsumsi bawang merah masyarakat Indonesia cukup tinggi 4,56 kg per kapita per tahun.
“Saat kini usaha tani bawang merah 80% diusahakan oleh petani kecil dengan luas penanaman lebih kurang 0,5 ha dan dipasarkam dalam bentuk segar atau bahan mentah sebesar 99%. Tentunya, dari fakta itu peluang industrialisasi komoditi ini sangat besar, karena produksi petani berlimpah,” ungkap Juwari.
Meski begitu, kata Juwari masih banyak kendala dan hadangan para petani bawang merah, seperti kemampuan mengolah produksi yang masih rendah, dan pasar produk olahan dan penyerapan bawang merah Indonesia cenderung masih kecil.
Dalam kesempatan yang sama, Kasubdit Bawang Merah Kementerian Pertanian, Mardiyah Hayati mengungkapkan produksi bawang merah melimpah karena adanya pemerataan sentra produksi.
“Tahun ini kontribusi dari pulau Jawa ada sekitar 65% dari total produksi nasional dengan pemerataan sentra produksi,” kata Mardiyah.
Mardiyah mengungkapkan capaian produksi, di tahun 2016 produksi bawang merah nasional mencapai 1,45 juta ton ataun naik 18 persen dari tahun 2015. Begitupun luas tanam naik 22,5 persen mencapai 149,6 ribu hektar dari tahun 2015.
Kemudian pada periode Januari hingga Juni 2017 produksi bawang merah sebesar 594 ribu ton. Dan dia memperkirakan, total produksi bawang merah 2017 naik mencapai 1,68 juta ton, sedangkan kebutuhanya hanya 1,25 juta ton.
Seperti diketahui selain Brebes, lokasi sentra kawasan bawang merah terdapat di Cirebon, Bandung, Majalengka, Garut, Demak, Tegal, Nganjuk, Probolinggo, Sampang, Pamekasan, Bima, Sumbawa, Lombok Timur dan beberapa sentra lainnya.
Dalam FGD bersama KEIN turut dihadiri para stakeholder bawang merah diantaranya Direktur Impor Kementerian Perdagangan, Veri Anggriono, Dr Robert Manurung, anggota Pokja pertanian KEIN dan dimoderatori oleh Prof Kaman Nainggolan. (Smn).