
Matanurani, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis pada tahun depan, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan terus menurun seiring meningkatnya pengembangan industri substitusi impor di dalam negeri.
“Pada tahun 2021 defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan harus semakin menurun sehingga perlu diberikan prioritas pengembangan industri substitusi impor,” kata Presiden Jokowi di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/3).
Jokowi mengatakan, selain menggencarkan pengembangan industri substitusi impor pemerintah juga telah melanjutkan kebijakan program bioenergi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar B40-B50. Program mandatori campuran biodiesel 30 persen dan 70 persen BBM jenis solar sudah diimplementasikan di seluruh Indonesia sejak 1 Januari 2020.
“Kemudian, langkah-langkah terobosan dalam rangka meningkatkan lifting minyak kita,” kata Presiden Jokowi.
Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca perdagangan pada awal tahun ini dipengaruhi menurunnya surplus neraca perdagangan nonmigas akibat kenaikan impor barang konsumsi dan barang modal untuk kegiatan produktif, di tengah pelemahan kinerja ekspor nonmigas dan kondisi global.
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mencatat defisit US$ 0,86 miliar atau meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar US$ 0,06 miliar.
Neraca perdagangan nonmigas pada Januari 2020 tercatat surplus US$ 0,32 miliar atau menurun dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$ 0,94 miliar.
Perkembangan tersebut satu sisi dipengaruhi oleh kenaikan impor nonmigas yakni impor barang konsumsi dan barang modal seperti kendaraan dan bagiannya.
Bank Indonesia juga mencatat defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit) pada Triwulan IV – 2019 sebesar US$ 8,1 miliar atau setara dengan 2,84 persen Produk Domestik Bruto (PDB).(Bes).