Matanurani, Jakarta — Bank Dunia memperingatkan krisis yang terjadi akibat pandemi virus corona belakangan ini bisa membuat 60 juta orang masuk dalam jurang kemiskinan ekstrem. Dan kalau itu benar terjadi, maka masalah tersebut akan menghapus upaya pengentasan kemiskinan yang sudah dilakukan dalam tiga tahun terakhir.
“Perkiraan kami juga mengindikasikan (virus corona) juga bisa membawa dunia ke dalam resesi,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass seperti dilansir AFP, Rabu (20/5).
Agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan, ia mengatakan Bank Dunia akan menggelontorkan dana bantuan kepada 100 negara. Total bantuan yang disalurkan mencapai US$160 miliar atau setara Rp2,36 kuadriliun selama 15 bulan ke depan.
Kasus positif virus corona di dunia saat ini nyaris mencapai angka lima juta orang di seluruh dunia. Dari jutaan kasus itu, lebih dari 300 ribu orang meninggal dunia sejak virus corona pertama kali muncul di China pada akhir 2019.
Bank Dunia sebenarnya tidak tinggal diam merespons pandemi virus corona itu. Mereka beberapa waktu lalu sudah menghabiskan sana US$5,5 miliar (Rp81 triliun) untuk menangani masalah yang ditimbulkan oleh virus corona.
Dana itu telah dihabiskan untuk membantu sistem kesehatan, ekonomi, dan layanan masyarakat di negara-negara termiskin. Malpass menyebut upaya yang dilakukan Bank Dunia tidak cukup.
Karena itu, pihaknya mendesak negara maju untuk meningkatkan bantuan ke negara-negara termiskin agar bangkit dari keterpurukan akibat virus corona. Menurut Malpass pemulihan aliran pembayaran remitansi dan pariwisata akan penting untuk kebangkitan perekonomian di negara-negara termiskin yang terdampak pandemi covid-19.
Sebelumnya pada pertengahan April lalu, negara-negara G20 sepakat untuk menangguhkan pembayaran utang selama satu tahun untuk negara-negara termiskin di dunia karena resesi ekonomi yang terjadi akibat covid-19.
Penundaan pembayaran utang diharapkan bisa meringankan beban negara-negara termiskin tersebut. Malpass pun mengungkapkan 14 negara telah menyetujui penangguhan pembayaran utang, dan 17 negara sedang mempertimbangkan opsi ini.
“Itu merupakan respons yang sangat cepat dan positif terkait komitmen negara-negara G20,” ia menuturkan.(Cen).