Home Nasional Ini Lima Sektor Andalan Indonesia Hadapi Era Industri 4.0.

Ini Lima Sektor Andalan Indonesia Hadapi Era Industri 4.0.

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Peta jalan revolusi industri 4.0 yang dicanangkan pemerintah akan fokus pada pengembangan lima sektor industri manufaktur yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronika.

Kelimanya menjadi andalan karena mampu berkontribusi hingga 60% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Pengembangan sektor-sektor industri tersebut sejalan dengan target menjadikan Indonesia sebagai pemimpin ekonomi digital di Asia Tenggara pada 2020.

“Saat ini, ekonomi Indonesia yang terbesar di ASEAN, dan pada tahun 2030 ditargetkan bisa naik ke peringkat 10 besar ekonomi dunia. Ini merupakan aspirasi besar yang ada dalam Making Indonesia 4.0,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin.

Airlangga menambahkan, kelima sektor tersebut nantinya akan menjadi prioritas pengembangan di masa mendatang. Dalam implementasinya, akan melibatkan stakeholders terkait meliputi pemerintah, asosiasi industri, perusahaan swasta, perguruan tinggi, dan investor.

Menurut Airlangga, penerapan industri 4.0 diharapkan dapat memberikan efek berganda bagi Indonesia melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi 1-2% dari baseline 5%. Selain itu, era 4.0 yang menitikberatkan pada penggunaan teknologi internet diharapkan meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional hingga 25%.

Era industri 4.0 juga diharapkan dapat meningkatkan ekspor bersih hingga 10%, serta peningkatan biaya penelitian dan pengembangan sekitar 2% dari PDB. Era pengembangan industri 4.0 juga diperkirakan akan memunculkan berbagai jenis pekerjaan baru, menggantikan pekerjaan yang ada saat ini.

Hal ini seperti yang disampaikan oleh lembaga konsultasi McKinsey yang menyebutkan akan ada 27-46 juta pekerjaan baru pada satu dekade ke depan. Di sisi lain, model pekerjaan yang serba otomatis juga diperkirakan akan menggeser profesi saat ini.

“Tren ke depan, otomasi secara parsial dalam pekerjaan akan menjadi hal yang umum, sedangkan otomasi penuh kemungkinannya jauh lebih kecil. Namun, yang jelas akan ada perubahan banyak sifat pekerjaan. Misalnya, self-service checkout akan menggeser peran kasir ke arah membantu pelanggan secara langsung dibandingkan hanya memproses transaksi,” kata Managing Partner Indonesia dan Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Phillia Wibowo di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan, otomasi sering kali terfokus pada risiko masa depan pekerjaan. Namun dalam laporan McKinsey menunjukan bahwa akan lebih banyak pekerjaan baru yang diciptakan dibandingkan yang hilang. Hal ini didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumen dan infrastruktur. “Peran pemerintah menjadi penting untuk memberikan insentif yang tepat,” imbuhnya.

Secara umum, penelitian McKinsey menemukan bahwa otomasi berpotensi meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), serta dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi pekerja Indonesia dan menciptakan peluang pasar bagi perusahaan Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, beberapa jenis pekerjaan yang akan akan berkembang seiring bergulirnya industri 4.0, antara lain di sektor artificial intelligence (AI), advanced robotic, internet of things (IoT), 3D Printing, dan Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR).

“Teknologi ini dinilai dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas bagi sektor industri secara lebih efisien. Sehingga sektor industri akan terus berkontribusi besar pada ekonomi,” ujar Airlangga. Sementara itu, Indonesia berkesempatan mengikuti pameran internasional di ajang Hannover Messe 2020.

Tak sekadar ikut sebagai peserta, Indonesia bahkan terpilihya sebagai The Official Partner Country pada pameran global tersebut. (Sin).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here