Matanurani, Jakarta – Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR Inas Nasrullah Zubir mengatakan Ijtima Ulama II tidak boleh mengatasnamakan ulama dan umat Islam seluruh Indonesia.
Dia menilai, ijtima ulama tersebut hanyalah bagian dari strategi pemenangan kubu capres Prabowo Subianto untuk mencuri perhatian umat Islam Indonesia menjelang Pilpres 2019.
“Oleh karena itu, sekian puluh ulama yang hadir dalam Ijtima tersebut tentunya juga bukan mewakili jutaan ulama yang ada di Indonesia dan mereka tidak boleh mengatas namakan ulama seluruh Indonesia, karena institusi ulama yang diakui oleh umat Islam dan ulama Indonesia adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI),” katanya.
Bahkan, Inas menyebut ijtima itu sebagai ajang kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional jilid 2 yang juga menjadi pertunjukan dagelan yang menggelikan.
“Kewibawaan ijtima ulama jilid 1 tidak diindahkan, karena usulan cawapres mereka yakni Salim Asegaf dan UAS tidak diakomodir,” katanya.
Politisi Hanura itu juga mengingatkan bahwa masyarakat untuk tidak terkecoh dengan istilah ijtima ulama yang baru saja memutuskan dan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurutnya, istilah ‘ijtima ulama’ sama sekali tidak ada kaitannya dengan fiqih dalam ajaran Islam. Itjma, jika dalam bahasa Arab dapat diartikan sebagai kumpul-kumpul atau bahasa gaulnya kongkow-kongkow.
“Jadi ijtima ulama dan tokoh nasional artinya kongkow-kongkow ulama dan tokoh nasional,” katanya kepada wartawan, Senin (17/9).
Apalagi, menurutnya, kongkow-kongkow tersebut hanya dihadiri sekian puluh ulama dan beberapa gelintir tokoh nasional yang tidak semuanya Muslim. (Bis).