Oleh, Dr Tonny Hendratono
THUROW (1996) mengemukakan suatu negara yang ingin berkembang dan sukses dimasa depan, harus merencanakan untuk melakukan investasi di bidang pendidikan. Selanjutnya dikemukakan pula dalam dua dasa warsa yang lalu, teori ekonomi menerangkan comparative advantage diperoleh bila suatu perusahaan berada pada suatu tempat dimana terdapat sumber daya alam dan tenaga kerja yang melimpah. Hari ini dan di abad mendatang, comperative advantage sangat ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Guru manajemen Drucker (1999) juga mengemukakan hal yang sama, di abad 20 harta yang paling berharga bagi perusahaan adalah peralatan produksi, menginjak abad ke 21 harta yang paling berharga bagi perusahaan adalah pengetahuan dan produktivitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang penting bagi suksesnya perusahaan, karena sumber daya manusialah yang akan memproduksi, menciptakan dan menghantarkan nilai kepada pelanggan.
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, investasi pendidikan merupakan salah satu kunci strategis yang sangat penting. Pendidikan menciptakan keahlian (Bakan, 2000), intelligent yang tinggi (Asoni, 2011), perilaku yang baik (Butt dan Sham 2013), dan memperbaiki kehidupan umat manusia (Dunlosky et al, 2013). Hasil pendidikan inilah yang akan menempatkan manusia bukan hanya sekedar sumber daya tetapi sebagai human capital. Konsep human capital pertama kali dikemukakan oleh Smith (1776) yang menganggap pekerja sebagai human capital. Namun konsep human capital hampir saja terlupakan, dan baru muncul kembali oleh Schultz (1961) dalam artikelnya yang berjudul Investment in Human Capital. Menurut Schultz (1979) human capital merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ekonomi suatu negara. Marimuthu et al (2009) human capital merujuk pada proses yang berkaitan dengan pelatihan, pendidikan dan inisiatif profesional untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, nilai-nilai, dan aset sosial dari seorang karyawan yang akan mengarah pada kepuasan kerja dan kinerja karyawan.
Dalam industri pariwisata, human capital memainkan peranan penting untuk menciptakan keunggulan bersaing dengan meningkatkan kinerja dan inovasi. Penelitian Lumpkin dan Dess (2005) membuktikan human capital memiliki hubungan yang signifikan dengan inovasi dan kinerja perusahaan. Di era pandemic covid 19 yang terjadi saat ini, peran human capital pada industri pariwisata menjadi semakin penting, dibutuhkan sikap, ketrampilan khusus, kemampuan dan empati, mengingat perubahan yang dratis dan signifikan , tantangan yang semakin berat dan dinamika persaingan yang semakin tajam, sehingga diperlukan tindakan proaktif, terobosan-terobosan yang out of the box dan inovasi, agar tetap mampu mempertahankan keberadaannya. Industri pariwisata adalah industri jasa yang sarat dengan sentuhan manusia (human touch), sehingga peran manusia sangat krusial untuk sukses dan tidaknya proses penyampaian jasa. Pentingnya human capital dalam industri pariwisata juga dikemukakan Morrison (2010) yang menempatkan people sebagai salah satu baur pemasaran. Szivas (1999) menegaskan hanya karyawan yang kompeten dan memiliki motivasi tinggi yang mampu menghantarkan layanan berkualitas tinggi dan menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan dan destinasi pariwisata.
Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan human capital pada industri pariwisata? Untuk menciptakan human capital pada industri pariwisata, maka investasi pada pendidikan menjadi kunci utama yang harus dilakukan. Mollet (2007) mengemukakan pendidikan adalah investasi, demikian juga Schultz (1961) Pendidikan adalah lebih ke investasi bukan konsumsi. Pendidikan bukan saja bermanfaat bagi kelangsungan industri pariwisata, tetapi juga bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri. Benefit pendidikan antara lain peningkatan pendapatan, kemampuan kerja, menambah intelektualitas, dan meningkatkan standard kualitas hidup. Meskipun untuk mengikuti pendidikan memerlukan biaya dan pengorbanan saat ini, namun itu akan menjadi pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang, ini merupakan trade off antara biaya dan pengorbanan yang dikeluarkan sekarang dengan benefit yang akan diperoleh dimasa mendatang.
Jakarta, 21 Juni 2020