Matanurani, Jakarta – PT Panin Asset Management menyebut potensi resesi masih menghantui perekonomian dalam negeri setelah pada kuartal kedua dipastikan Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
Sedangkan pada kuartal ketiga ini masih harap-harap cemas ekonomi akan tumbuh, sebab penerapan pembatasan sosial skala besar (PSBB) kembali diperpanjang.
Direktur Panin AM Rudiyanto mengatakan adanya potensi resesi tak membuat tak serta merta membuat peluang berinvestasi menurun. Sebagai contoh di Amerika Serikat, kendati kasus Covid-19 masih tinggi di negara ini namun indeks sahamnya sudah kembali ke posisi sebelum terjadi penurunan dalam.
Sebaliknya, China, dimana indeks sahamnya sudah kembali pulih yang memang dibarengi dengan ekonominya yang kembali menggeliat. Kasus Covid-19 di China justru telah mengalami penurunan signifikan dan hampir tak ada kasus baru.
Meski kedua negara ini sling bertolak belakang, namun persamaannya adalah indeks harga saham acuan masing-masing negara ini kembali pulih setelah turun dalam.
“Konteksnya dalam situasi seperti ini pilih instrumen apa. Saya tetap sarankan diversifikasi tapi tidak berarti resesi itu saham dan obligasi negatif sepanjang support bank sentral kuat, itu tetap bisa mengangkat harga saham dan harga obligasi walaupun tidak signifikan,” kata Rudiyanto.
Untuk aset-aset pilihan, dia berfokus pada dua aset saham dan obligasi dengan membaginya dalam tiga aset kelas.
Investor bisa menyimpan dananya dalam saham atau reksa dana saham dan reksa dana campuran dengan underlying saham yang banyak di dalamnya.
Lalu obligasi atau reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana campuran dengan isi obligasi yang lebih banyak.
Terakhir adalah dengan menyimpan dalam bentuk dolar Amerika Serikat atau obligasi dalam dolar AS atau reksa dana campuran dan pendapatan tetap yang memiliki mayoritas underlying-nya obligasi dolar.
“Jadi tiga aset kelas tersebut kalau secara persentase bisa disesuaikan antara 20%-40% di masing-masing asetnya,” imbuh dia. (Cnb).