Home News Produktivitas Rendah, Harga Jagung Mahal

Produktivitas Rendah, Harga Jagung Mahal

0
SHARE

Petani memanen jagung di Desa Pilangwetan, Kebonagung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (22/8). Dengan dihentikannya impor jagung tahun 2017, Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia akan menjadi negara eksportir jagung terbesar di dunia pada tahun 2020 mendatang menyusul surplus produksi jagung nasional pada 2016 mencapai sekitar 4,5 juta ton dan ditargetkan pada akhir tahun ini surplus sekitar 5,5 juta ton dari kebutuhan jagung nasional sekitar 19 juta ton per tahun. ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww/17.

Matanurani, Jakarta – Mahalnya harga jagung di Indonesia disebabkan oleh produktivitas yang masih rendah. Sholahuddin, Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) mengatakan, produksi jagung yang masih sekitar 5,2 ton per hektar (ha).

Angka tersebut dinilai masih belum maksimal untuk produksi jagung. “Saat ini biaya produksi tinggi tapi produksi rendah,” ujar Sholahuddin, Rabu (21/9)

Sholahuddin bilang, untuk meningkatkan pendapatan petani menjadi Rp 1,5 juta per bulan, produksi jagung efektif sebesar 7 ton per ha. harga jagung pun dijual denga harga Rp 3.600 per kilogram (kg) hingga Rp 3.750 per kg untuk jagung dengan standar air minimal 17%.

Harga yang mahal juga terbentur oleh biaya produksi yang tinggi. Lahan yang dimiliki petani rata-rata sebesar 0,3 ha. Makanya, petani memerlukan sewa lahan. Harga sewa lahan kualitas baik diakui Sholahuddin bisa mencapai Rp. 20 juta per tahun.

Selain biaya sewa lahan, petani pun harus menanggung biaya pengeringan jagung. Biaya pengeringan menggunakan lantai jemur sebesar Rp 70 per kg. Sementara pengeringan menggunakan dryer sebesar Rp 125 per kg. Proses produksi yang masih menggunakan alat manual pun dinilai akan menurunkan produktivitas.(Smn).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here