BERITA meninggalnya Dr. Subiakto Tjakrawerdaya sangat mengejutkan bagi banyak koleganya. Dalam 1-2 minggu terakhir, masih memimpin rapat Yayasan dan aktif berkomunikasi lewat daring dengan kerabatnya dan dengan pimpinan Universitas Trilogi. Almarhum tidak pernah mengeluh sakit dan tubuhnya kelihatan sehat bugar seperti sedia kala.
Tetapi Tuhan berkehendak lain. Setiap orang akan dipanggil sang Pencipta, Tuhan semesta alam. Dengan iman kita yakin bahwa Tuhan selalu berbuat yang terbaik bagi setiap umatNya. Lahir dan mati adalah kehendakNya.
Pada kesempatan ini kiranya kita layak memanjatkan doa bagi pak Subiakto dan keluarga semoga Tuhan menerima amal ibadahnya dan mengampuni dosa dan kesalahannya. Kiranya Tuhan menyediakan tempat di Surga bagi almarhum Subiakto dan memberikan ketabahan dan kekuatan bagi semua keluarga yang ditinggalkannya. Amin.
Banyak hal yang saya pelajari dari guru dan mantan atasan saya Dr. Subiakto Tjakrawerdaya di Departemen Koperasi, sejak mengenal beliau sebagai Staf Ahli Menteri Muda Koperasi pada tahun 1978. Saat itu saya masih mahasiswa tahun kedua di IPB Bogor dan menjabat sebagai Ketua Miseta (Mahasiswa Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian).
Pak Biakto, demikian sapaan akrabnya, meskipun menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (PPK) 1993-1998 dan tahun 1998 Kabinet Presiden Soeharto, beliau sangat merakyat dan mudah diajak komunikasi. Hidupnya sederhana dan kesukaannya adalah diskusi hal baru terutama menyangkut koperasi, perdesaan, pendidikan, kerakyatan, dan Pancasila. Saya kagum dengan kerja keras dan pemikiran out of the box yang sering dilontarkan di dalam setiap diskusi. Tentu saja ada pro kontra, tapi kalau sudah yakin, pasti dieksekusi walau dengan berbagai hambatan.
Awalnya saya bertemu dengan pak Biakto pada tahun 1978, saat terjadi panen besar padi di Jawa Barat yang berakibat pada turunnya harga padi di tingkat petani. Saat itu, Menteri Muda Koperasi/ Kepala BULOG, Letjen TNI (Purn) Bustanil Arifin, Kabinet Pembangunan ke III, meminta mahasiswa IPB membentuk Satgas untuk turun ke desa-desa membantu Bulog membeli gabah dari petani supaya harga bisa lebih tinggi, setidaknya sama dengan harga dasar (HD). Lebih dari 30 orang mahasiswa, yang saya koordinir melalui MISETA, secara sukarela ikut turun ke desa di 5 kabupaten sekitar Pantura di bawah koordinasi dengan Bulog/ Kasubdolog setempat. Hasilnya lumayan efektif menaikkan harga gabah di tingkat petani, setidaknya HD dijamin.
Itulah pak Subiakto, masih kurang puas dengan hasil tersebut. Dengan serius mengatakan karena ada mahasiswa maka Bulog bisa berhasil mengamankan HD. Bagaimana kalau KUD yang dibantu oleh mahasiswa agar lambat laun KUD bisa melakukannya sendiri. Pak Biakto punya solusi out of the box, berorientasi pada pembangunan institusi, yang kemudian disetujui oleh Menteri agar Satgas Mahasiswa saat panen besar berikutnya, tahun 1979, turun ke desa membantu Koperasi Unit Desa (KUD), yang sebelumnya membantu Bulog, sehingga KUD mampu membeli gabah dari petani dan menjualnya ke Bulog. Biaya pengadaan oleh KUD disediakan lewat BRI dengan jaminan dari pemerintah, lewat Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK), yang kemudian berubah menjadi Perum Penjaminan Kredit Koperasi (PKK), dan saat ini dirubah menjadi BUMN PT. Jamkrindo. Hasilnya lebih bagus lagi, karena selain terjamin kesejahteraan petani juga lembaga Koperasi bisa berperan signifikan melalui learning by doing, dengan cara kemitraan dengan Bulog dan dukungan keuangan dari BRI dan LJKK. Semakin kelihatan hasilnya ketika Satgas mahasiswa turun lagi pada panen besar tahun 1980 ke sejumlah KUD. Saat itu, angkatan saya di IPB sedang menulis tesis S-1, dan puji Tuhan pada akhir Desember 1980 saya bisa kembali dari Desa ke kampus dan berhasil mempertahankan tesis di depan tim penguji IPB. Pada periode ketiga ini, Satgas mahasiswa turun membantu KUD termasuk menata administrasi keuangan KUD.
Saya mendampingi pak Biakto turun ke sejumlah KUD menemui teman – teman Satgas mahasiswa yang ditempatkan di lapangan dan sekaligus mengevaluasi program ini untuk dikembangkan menjadi program nasional. Ternyata gagasan ini selanjutnya dikembangkan menjadi program nasional, dengan arahan dari pak Muslimin Nasution, saat itu Sekretaris Menteri Muda Koperasi. Melalui program ini, kantor Menteri Muda Koperasi membuka lowongan baru dan merekrut ribuan orang sarjana baru, mendidik, dan menempatkannya sebagai Manager KUD di seluruh Indonesia. Semula tugas manager ini dilakukan oleh Satgas mahasiswa, sebagai program ad hock, dirubah menjadi permanen oleh manager KUD.
Sebelumnya, pada bulan Mei 1981, saya ditunjuk menjadi Manager Pusat KUD (Puskud) Sumatera Utara dan beberapa teman dari Satgas mahasiswa IPB ditempatkan menjadi staf Puskud di sejumlah Provinsi. Ketika calon manager KUD mengikuti pendidikan, akhir tahun 1981, saya juga diminta ikut sebagai narasumber dan berbagi pengalaman.
Bersama pak Muslimin Nasution, pak Subiakto juga aktif memonitor kondisi lapangan dampak kehadiran manager KUD dalam memperkuat peran KUD. Kemudian pak Biakto dipercaya memimpin UP3KUD (Unit Perencanaan, Pembinaan, dan Pengendalian) KUD. Berbagai program percepatan pembangunan khusus bagi KUD dikeluarkan.
Dibentuklah Pusat Pelayanan Koperasi (PPK) secara bertahap di setiap kabupaten/ kota, sebagai perpanjangan tangan Puskud di tingkat Kab/ Kota. Selain itu, program baru yang juga luar biasa dicanangkan, yaitu pembangunan gudang, lantai jemur, dan kios (GLK) memperkuat sarana prasarana usaha bagi setiap KUD. Perlu diingat, kehadiran KUD sudah ada sejak program badan usaha unit desa (BUUD/ KUD) oleh Prof Soedarsono dari UGM Jogyakarta sekitar awal tahun 70an, seiring dengan program Bimas/ Inmas.
Kemudian, KUD mulai aktif menjadi pengecer saprotan, hingga mencapai 100 % dari kebutuhan pupuk petani. Akibatnya sangat jarang terjadi kelangkaan dan permainan harga dan kualitas pupuk. Stok beras Bulog juga hampir 100% berasal dari produk petani, sebagian terbesar lewat KUD.
Solusi out of the box lainnya adalah meningkatkan program kredit Bimas/ Inmas pangan menjadi program Kredit Usaha Tani (KUT) yang penyalurannya lewat KUD dalam bentuk non tunai, berupa saprotan (benih, pupuk, dan pestisida) dengan sistim Rencana Definitif Kebutuhan Kredit (RDKK). BRI dan Perum PKK (Pengembangan Keuangan Koperasi) sangat efektif berkolaborasi dengan KUD untuk mengimplementasikan program ini. Petani membayar kredit setelah panen dan terbukti tingkat kredit macet (NPL) sangat rendah, di bawah 2%.
Pada tahun 1983, dalam susunan Kabinet Pembangunan IV, Presiden Soeharto membentuk Departemen Koperasi dan Menterinya tetap pak Bustanil Arifin. Pak Muslimin Nasution diangkat menjadi Kepala Balitbang dan pak Subiakto menjadi Kepala Biro Perencanaan. Kerja keras dan pemikiran out of the box disalurkan melalui Biro Perencanaan yang kemudian dituangkan ke dalam rencana kerja dan anggaran Departemen Koperasi dari Pusat sampai ke Kantor Departemen Koperasi di Daerah.
Bagi pak Subiakto, sasaran pembinaan koperasi itu adalah koperasi mandiri, yang mampu melayani anggota dan masyarakat secara swadaya setelah beberapa tahun dibantu pemerintah, agar tidak selamanya tergantung pada bantuan fasilitas dari negara. Hasilnya, jumlah koperasi mandiri terus meningkat setiap tahun. Konsistensi pembangunan sejak tahun 1978 telah berhasil menempatkan Indonesia pada tahun 1984 sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada beras, bahkan mampu memberikan bantuan beras ke negara miskin melalui PBB. Tingkat kemiskinan desa makin menurun. Pemerataan pembangunan mulai membaik.
Demikian seterusnya hingga tahin 1987 pak Biakto diangkat menjadi Dirjen Pembinaan Usaha Koperasi, dan menjadi Menteri Koperasi dan PPK pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan VII (tahun 1998). Menurut saya, itulah suatu bentuk penghargaan tertinggi dari negara atas kerja keras dan prestasinya.
Memang sejak 1988 -1995 saya berada di AS dan Kanada menyelesaikan S-2 dan S-3 sambil menjadi dosen di Universitas Ottawa, Kanada. Tetapi saya mengikuti program KUD Mandiri dan peran koperasi dalam berbagai sektor perekonomian terus mengalami kenaikan. Bahkan penurunan angka kemiskinan di pedesaan dan swasembada pangan sangat berhubungan dengan peranan KUD. Hal ini diakui oleh lembaga UNDP – PBB dengan memberikan penghargaan tertinggi kepada Presiden Soeharto, terutama dalam hal pengentasan kemiskinan.
Ketika menjabat Menteri, pak Biakto sangat sering blusukan ke desa mengunjungi sejumlah KUD Mandiri. Setiap ada masalah ditemukan langsung dicari solusinya di lapangan. Demikian halnya program masuk kampus, almarhum sering menyampaikan berbagai pemikiran dan kebijakan pengembangan koperasi di hadapan para akademisi dan mahasiswa.
Suatu saat, saya terkejut diajak menghadap Menristek Prof. Habibie, persisnya pertengahan tahun 1996. Saat itu saya ditugaskan sebagai Ketua Tim Asistensi Menteri. Disitu saya diberi kesempatan menyampaikan sistem perencanaan bottom up dan pentingnya mengembangkan inovasi dan teknologi sesuai kebutuhan koperasi dan usaha kecil. Prof. Habibie sangat setuju dan mendukung program ini, bahkan mwnerima usulan kita untuk membentuk unit baru di kementerian Ristek/ BPPT, yaitu Deputi Bidang Pengembangan Teknologi bagi Koperasi dan Usaha Kecil.
Surat kepada Presiden oleh Menristek mengusulkan unit kerja baru tersebut juga ditembuskan kepada Menteri Koperasi. Tapi sayang, tertunda karena fokus politik masih pada pemilu 1997 dan pembentukan kabinet baru tahun 1998. Dan pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan tahun 1998 masuk ke era reformasi.
Menghadapi krisis ekonomi sejak tahun 1997 sampai tahun 1998, pak Biakto sangat disibukkan menghadapi tim IMF. Saat itu, saya juga ditugaskan untuk bicara dengan tim IMF dan Bank Dunia menyangkut beberapa isu strategis, seperti BPPC dan PT. GORO yang dikomandoi oleh Tommy Soeharto. Tekanan LSM, pakar ekonomi, dan akhirnya IMF adalah untuk membubarkan kedua badan ini. Untuk itu, pak Biakto awalnya galau tapi akhirnya memutuskan untuk menghadap Presiden Soeharto dan melaporkan perkembangan apa adanya. Akhirnya Presiden setuju BPPC dan GORO ditutup. Dengan berat hati kedua badan tersebut harus ditutup. Pak Biakto mengatakan bahwa kehadiran GORO misalnya adalah didasarkan pada pemikiran bahwa jaringan usaha perkulakan dan ritel sangat bisa dan harus diutamakan bagi koperasi dan pengusaha kecil. Namun setelah masuk era reformasi, kelihatan sekali bahwa usaha konglomerasilah yang menguasai perdagangan, khususnya jaringan perkulakan dan usaha ritel. Jaringan usaha ini berhasil diambil alih oleh hypermart, carrefour, Indomart, Alfamart, dsb.
Semasa era reformasi banyak KUD yang sekarat hanya papan nama. Sementara koperasi lain belum berkembang. Petani kehilangan lembaga ekonomi yang pernah mencatat sejarah dalam perannya, setidaknya menjamin ketersediaan saprotan tepat waktu dan harga, jaminan harga gabah, dan penyaluran skema kredit non tunai bagi petani. Memang ada banyak peraturan baru yang dikeluarkan, termasuk Gapoktan, BUMDES, BUMR, BUMP, dsb. Tapi tak satupun yang berperan seperti KUD masa lalu. Itulah sebagian pokok diskusi dengan pak Biakto pasca pengabdiannya sebagai pejabat negara. Memang topik ini selalu menarik perhatian. Solusi apa yang terbaik saat ini bagi pengentasan kemiskinan di desa dan mengatasi kesenjangan kota-desa.
Pak Biakto makin mendalami esensi dasar dari Pancasila dan UUD 1945, terutama dari sisi ekonomi, yg akhirnya menerbitkan buku Sistem Ekonomi Pancasila. Intinya, pak Biakto meyakini prinsip gotong royong dan asas kekeluargaan, pengembangan Koperasi dan usaha mikro/ kecil (dibedakan dgn usaha menengah) menjadi prasyarat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
Kemudian, sebagai pendiri Universitas Trilogi, pak Biakto menggagas visi baru sebagai bagian dari center of excellence, yaitu Technosociopreneur, Kolaborasi, dan kemandirian.
Setiap mahasiswa harus menguasai selain ilmu pengetahuan juga memahami dan mengimplementasikan Pancasila, etika berbangsa dan bermasyarakat, koperasi, dan pengalaman praktek lapangan sehingga alumninya nanti akan menjadi generasi pemimpin yang ahli di bidangnya, merakyat, dan mandiri.
Selamat jalan pak Guru dan sahabatku. Selamat bertemu dengan Tuhanmu. Cara kerja dan gagasanmu yang terukir di dunia ini tak akan siasia, semuanya akan tercatat dalam hati sanubari pengagummu. Semoga Tuhan semesta alam memberikan tempat bagimu di sisiNya.
Ir. Benny Pasaribu, MEc., PhD.
Mantan Kepala Biro Perencanaan Departemen Koperasi dan PPK (1997-1998)
Ketua Senat Universitas Trilogi (2019-Sekarang).