Matanurani, Bogor – Radikalisme bukanlah cara yang benar dan tepat dalam mengatasi persoalan kesenjangan ekonomi Indonesia. Radikalisme justru harus dilawan oleh semua elemen warga negara sebab sama sekali tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Demikian disampaikan Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait saat menyampaikan sambutan dalam acara Parade Kebhinekkan Nusantara di Parung Panjang, Bogor (Minggu, 27/8).
Dalam acara ini hadir sekitar 30 ribu warga kabupaten Bogor dari berbagai elemen lintas agama, lintas suku dan lintas budaya. Di antara yang hadir adalah tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU), GP Ansor, Banser, KNPI, Pemuda Pelopor, Karang Taruna, IPNU, IPPNU, FP4GN, Gema MA, BNNK, Damas, PIK-R, PPAPRI, Wiramuda Nusantara, PMII dan lain-ain. Hadir juga para guru dan siswa dari SMK Bina Putra Mandiri, Pondok Pesantren Modern Al-Hijrah hingga sekolah dasar yang ada di Kabupaten Bogor.
Acara ini juga dihadiri Ketua DPP PDI Perjuangan Sukur Nababan dan anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kabupaten Bogor, Adian Napitupulu
Mengatasi kesenjangan, sambung ara panggilan akrab Maruarar, Presiden Joko Widodo sangat serius dalam mengatasinya. Tentu saja, mengatasi hal ini bukan dengan cara-cara radikal melainkan dengan pemerataan ekonomi. Dan kini, upaya pemerataan itu terus dilakukan dengan aksi nyata dalam bentuk politik anggaran yang sangat berpihak pada rakyat.
“Paling tidak ada empat program yang kini menjadi bagian dari upaya pemerataan ekonomi. Yaitu dengan Kartu Indonesia Pintar (KIS) yang sudah dibagikan bagi 19 juta pelajar, Kartu Indonesia Sehat (KIS), anggaran desa yang mencapai Rp 60 triliun dan ini anggaran terbesar untuk desa selama pemerintahan yang ada, serta pembagian sertifikat atau distribusi tanah,” tegas Ara.
Menurut Ara, selain bentuk peringatan HUT 72 RI, juga dalam rangka menjaga, merawat dan membela nilai-nilai Pancasila, pluralisme dan kebhinnekaan. Ia memastikan bahwa kelompok masyarakat yang mendukung Pancasila di negara ini merupakan kelompok arus utama dan mayoritas. Karena itu, dengan cara ini maka ia mendorong masyarakat yang selama ini diam atau menjadi silent majority untuk bergerak melawan segala bentuk yang bisa mengancam Pancasila.
“Mari kita menjadi Pancasilais sejati, bukan yang gadungan. Kita sesama anak bangsa jangan mau diadudomba. Cukup politik pecah belah ada di era penjajahan. Kita lawan segala upaya politik devide et impera yang mau memecah bangsa,” kata Ara.
Dia pun mengapresiasi Panglima TNI Jenderal Gator Nurmantyo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan seluruh elemen masyarakat yang bersatu dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. Dan setiap tantangan akan lebih mudah diselesaikan apabila seluruh elemen masyarakat bersatu.
“TNI, Polri, Pemerintah dan masyarakat harus bersatu bersama-sama membumikan kembali nilai-nilai Pancasila dan semangat Bhineka Tunggal Ika,” pungkas Ara. (Oke).