Matanurani, Jakarta – Dinas Kehutanan Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (Sumut) mengungkapkan, alih fungsi lahan tanaman terus terjadi setiap tahun di berbagai wilayah di Sumut. Alih fungsi ini terutama didorong oleh pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, jalan desa, serta pengembangan pemukiman, fasilitas umum dan kawasan industri. .
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Pangan dan Hortikultura Sumut, melalui Perencana Muda Yuspahri Peranginangin, Senin sore (4/11), luas baku lahan di Sumut berkurang dari 343.738 hektar pada tahun 2023 menjadi 330.442 hektar di tahun 2024, mengalami penurunan sebesar 13.297 hektar.
Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Deliserdang (3.446 hektar), Nias Utara (3.133 hektar), Simalungun (3.109 hektar), Langkat (2.549 hektar) dan Padang Lawas Utara (Paluta) (2.427 hektar).
Guna menjaga produktivitas pangan, katanya, Sumut tengah meningkatkan indeks pertanaman dengan menambah siklus tanam padi dari dua kali setahun menjadi tiga atau bahkan empat kali. Langkah ini diharapkan mampu menjaga produksi padi agar tetap memenuhi kebutuhan pangan masyarakat di provinsi ini.
Di Sumut, lanjutnya, konsumsi beras per kapita mencapai 114 kg per orang per tahun. Meski demikian, tren konsumsi beras menunjukkan sedikit penurunan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pola makan sehat, yang membuat sebagian warga beralih ke sayuran, ubi, tahu dan tempe.
Dari sisi produksi, Sumut diperkirakan akan menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 3.951.824 ton dari Januari hingga Desember 2024, setara dengan 2.517.312 ton beras.
Dengan kebutuhan beras tahunan sekitar 1.749.763 ton, Sumut diproyeksikan memiliki surplus beras sebesar 767.549 ton hingga akhir tahun, dengan stok yang diharapkan mencapai 820.000 ton untuk menjaga stabilitas pasokan pangan di wilayah ini. (Sib).