Matanurani, Jakarta – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan tarif impor baru yang lebih berat terhadap ratusan negara, termasuk Indonesia. Ini diprediksi memberikan dampak signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia, utamanya ke pasar AS.
Trump menerapkan basis tarif impor sebesar 10% ke semua negara. Selain itu ada tarif resiprokal atau timbal balik yang dikenakan, seperti Indonesia sebesar 32%. Pengenaan tarif baru ini ini akan berdampak signifikan terhadap Indonesia. Pelaku usaha dan investor akan panik dan bursa akan rontok.
“Saya berharap Indonesia tidak masuk pada kebijakan reciprocal/ perang tarif dengan AS. Bisa double zeopardy. Kita yang akan rugi kalau RI menaikkan tarif atas barang impor dari AS. Sebaiknya cari solusi lain untuk tujuan ekspor atau penguatan pasar domestik dengan berbagai insentif. Filipina bisa diajak kerjasama kalau ingin ekspor ke AS, ” kata Ekonom Benny Pasaribu kepada matanurani di Jakarta, Sabtu (5/4).
Menurut Benny harusnya ekspor Indonesia masih bisa bersaing di pasar AS melawan negara-negara lain yang tarifnya juga hampir sama di sekitar 30% dan lebih tinggi. Sehingga Indonesia tidak perlu panik dan tergesa-gesa menaikkan Tarif atas barang impor dari AS.
“Kita hanya perlu menjaga kurs, lapangan pekerjaan dan kalau perlu memberikan insentif bagi perusahaan yang terdampak sambil membuka lapangan kerja baru lewat investasi hilirisasi di sektor Agro, Maritim, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, ” pungkas Benny. ()