Matanurani, Jakarta – Jumlah pemudik pada Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriyah mengalami penurunan.
Ekonom Ichsanuddin Noorsy atau kerap disapa Ichsan memperkirakan penyebab penurunan jumlah pemudik Lebaran tahun ini berkaitan dengan daya beli masyarakat.
“Turunnya jumlah pemudik sekitar 24,7 persen itu dampak dari tujuh hal, termasuk ambruknya daya beli,” ujar Ichsan dikutip, Rabu (2/4).
Tujuh indikator pelemahan daya beli yang mengakibatkan turunnya jumlah pemudik mengindikasikan adanya situasi ekonomi nasional yang tidak menentu.
“Tujuh indikator situasi ekonomi melemah, dan pertumbuhan melamban,” sambung Ichsan.
Indikator pertama dapat dilihat dari menurunnya jumlah kelas menengah hingga 9,7 juta jiwa, dari data yang terhimpun hingga hari ini.
Indikator kedua, yaitu maraknya deindustrialisasi yang terus menerus berlangsung sejak era reformasi.
“Kontribusi sektor industri era reformasi kalah dibanding era Orde Baru. Dampaknya adalah PHK (pemutusan hubungan kerja) yang terus terjadi sejak 2020,” urainya.
Indikator ketiga, tercatatnya inflasi yang menunjukkan pemusatan kekuatan ekonomi dan tidak memberi dampak terbukanya lapangan kerja. Akibatnya, terjadi indikator keempat, yaitu pelemahan daya beli yang berlangsung Panjang.
“Hal ini diikuti dengan melemahnya daya beli yang berlangsung secara lamban sejak kesalahan kebijakan ekonomi 2015,” paparnya.
Indikator kelima, nilai tukar Rupiah yang terus menerus melemah sejak rezim Presiden ke-3 BJ Habibie.
“Pelemahan ini membuktikan fundamental makro ekonomi rapuh dan margin perekonomian nasional dihisap keluar,” sambung Ichsan menjelaskan
Untuk indikator kelima, dia menduga persaingan tidak sehat antara bunga SBN (Surat Berharga Negara) dengan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan bunga deposito.
Sementara indikator keenam, yakni perbankan tidak memberi dampak pemerataan.
“Dan ketujuh, rendahnya Purchasing Manager Index sebagai bukti perekonomian Indonesia tidak tumbuh menjanjikan. Ini diikuti dengan jatuhnya IHSG (indeks harga saham gabungan),” pungkasnya. (Rmo).