Matanurani, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia sepanjang 2024, mencapai 1,57% year on year (YoY). Artinya, inflasi tahun lalu berada di batas bawah target sasaran inflasi 2024 yang sebesar 1,5% hingga 3,5%.
Laju inflasi 2024 merupakan yang terendah jika dibandingkan dengan data lima tahun terakhir. Catatan BPS, inflasi juga pernah tercatat rendah, yakni sebesar 1,68% YoY pada tahun 2020 lalu. Sedangkan inflasi tahun 2023 tercatat sebesar 2,61% YoY.
Pudji Sumartini, Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS menjelaskan, Indeks Harga Konsumen (IHK) 2024 meningkat menjadi 106,80 dari tahun sebelumnya yang sebesar 105,15.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman dan tembakau menjadi pendorong inflasi 2024. Kelompok ini, mencatatkan inflasi sebesar 1,9%, andil 0,55% terhadap inflasi umum.
Pada kelompok ini, komoditas yang menjadi pendorong utamanya, yaitu sigaret kretek mesin (SKM) dengan andil 0,13% dan minyak goreng dengan andil 0,11%.
Selain itu, “Juga beras, kopi bubuk, bawang merah, ikan segar, daging ayam ras, dan bawang putih,” kata Pudji dikutip Jumat (3/1).
Sementara itu, komoditas lain di luar kelompok tersebut yang turut mendorong inflasi 2024, yakni emas perhiasan dengan andil 0,35% .
“Disisi lain, kelompok pengeluaran yang mengalami menahan laju inflasi 2024, yakni kelompok transportasi dengan memberikan andil deflasi sebesar 0,04%. “Ini didorong penurunan tarif angkutan udara di Desember 2024,” tambahnya.
Secara umum, berdasarkan komponennya, laju inflasi 2024 lebih disebabkan oleh komponen inti alias core inflation sebesar 2,26%, dengan andil 1,44%. Komoditas pendorong utamanya, yakni emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, nasi dengan lauk, dan biaya sewa rumah.
Sementara inflasi harga diatur pemerintah (administered prices) tercatat 0,56%, dengan andil 0,11%. Sedangkan inflasi harga bergejolak (volatile food) tercatat 0,12%, dengan andil 0,02%. (Ktn).