Matanurani, Jakarta — Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta isu-isu yang selama ini dituduhkan kepadanya agar diungkap kebenarannya. Hal ini disampaikannya saat bertemu dengan peserta halaqah ulama dan pimpinan pondok pesantren Jawa Barat di Istana Negara, Jakarta, Rabu (28/2).
“Saya itu hanya minta apa? Minta yang benar katakan benar, yang salah katakan salah, yang haq katakan haq, yang batil katakan batil. Saya nggakminta apa-apa kok,” kata Jokowi.
Pernyataannya itu disampaikan setelah ia mengklarifikasi berbagai tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepadanya. Seperti tudingan bahwa dirinya sebagai seorang PKI dan isu akan dilegalkannya kawin sejenis jika dirinya kembali terpilih.
“Banyak logika yang nggak masuk. Kemarin ramai masalah nanti pemerintah akan melegalkan kawin sejenis. Coba, masyallah. Logikanya nggak masuk. Negara kita ini adalah negara yang sangat menghargai norma-norma agama, nilai-nilai agama,” jelas Jokowi.
Begitu juga dengan isu bahwa Jokowi akan melarang adzan jika kembali terpilih di Pilpres 2019 nanti. Jokowi menegaskan, hal itu merupakan fitnah dan hoaks yang ditujukan kepadanya.
Menurutnya, berbagai tudingan dan fitnah kepada dirinya tersebut dapat meresahkan masyarakat dan dapat memecah belah bangsa. Karena itu, ia menilai penting bagi dirinya untuk menjawab berbagai tudingan dan fitnah tersebut. Apalagi berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak sembilan juta orang mempercayai berbagai isu hoaks tersebut.
“Ghibah, hoaks, kabar-kabar fitnah, bisa meresahkan masyarakat dan bisa memecah kalau ini tidak kita respons dengan hal seperti itu. Jangan dianggap ini hal yang ringan, ini hal yang berat bagi utuhnya NKRI,” tambah dia.
Di depan para pimpinan ponpes, Jokowi juga menegaskan dirinya bukanlah antek asing seperti yang dituduhkan selama ini. Jokowi sendiri mengaku bingung dengan tudingan tersebut. Pasalnya, pemerintah selama ini justru telah berupaya untuk merebut kembali kekayaan yang telah dikelola asing.
“2015 yang namanya Blok Mahakam sudah lebih dari 50 tahun dikelola oleh Total dari Prancis dan juga Jepang. 2015 sudah kita ambil 100 persen kita serahkan ke Pertamina. 2015 Blok Rokan dikelola Chevron dari Amerika Serikat. Sejak 2018 sudah dimenangkan 100% oleh Pertamina juga,” cerita Jokowi.
Proses pengambilalihan blok migas tersebut tidaklah mudah. Jokowi mengatakan, pemerintah membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bernegosiasi. Tak hanya itu, Jokowi juga membantah isu bahwa dirinya anti Islam dan anti ulama. Sebab menurutnya selama ini dirinya justru dekat dengan ulama dan juga Islam.
“Lho yang tanda tangan Hari Santri itu siapa? Kalau anti-Islam antiulama, ya nggak mungkin Hari Santri saya tanda tangani, saya masukan ke laci saja sudah,” tegas dia.(Rep).