Matanurani, Jakarta — Presiden Indonesia Joko Widodo menargetkan Menteri Pariwisata Arief Yahya mendatangkan 20 juta wisatawan asing atau wisman hingga 2019 ke Indonesia. Untuk mencapai angka tersebut, salah satu yang dapat dilakukan adalah membangun low cost carrier terminal(LCCT) atau bandara berbiaya rendah.
LCCT menurut Menpar Arief penting didirikan. Sebab, dalam hitungannya, pertumbuhan penumpang maskapai bertarif rendah atau LCC naik 55 persen dibandingkan dengan full service carrier (FCS) yang hanya naik 7 persen.
“Target yang diberikan presiden, pertumbuhan harus 20 persen. Kalau kita ikut FSC, pertumbuhan tidak akan pernah tercapai. Maka harus dengan (membangun) low cost carrier,” ujar Menpar Arief dalam rilis dari Kementerian Pariwisata pada Jumat, 13 Juli 2018.
Diakui Menpar Arief, Indonesia saat ini belum memiliki LCCT alias bandara bertarif rendah. Akibatnya, maskapai low cost carrier seperti AirAsia dan Scoot atau Jetstar yang mendarat di Indonesia kudu menggunakan terminal dengan sistem full service.
Padahal penggunaan terminal tersebut memakan biaya yang lumayan. Adapun bila LCCT dibangun, biaya operasional untuk tiap maskapai ini bisa dikurangi hingga 50 persen. Trafik pun akan naik sampai dua kali lipat.
Negara yang telah memiliki LCCT sebelumnya adalah Jepang. Bandara LCCT Jepang meliputi Bandara Narita, Bandara Kansai, Bandara Naha, dan Bandara Nagoya. Selain itu, Thailand pun memiliki LCCT.
Meski low cost carrier identik dengan budget traveler atau backpacker, Menpar tidak cemas uang atau dana yang mereka keluarkan kecil. Menpar mencontohkan Thailand.
Negara ini, meski wismannya banyak yang tergolong budget traveler, Average Revenue per Arrival-nya (ARPA) mencapai US$1.500. Indonesia saja saat ini masih tercatat US 1.200.
Menpar Arief memproyeksikan LCCT dibangun di bandara yang sudah memiliki lebih dari satu terminal. Setelah LCCT dibangun, 20 juta target wisman akan terkejar.(Tem).