Home News Inovasi Dorong Percepatan Reformasi Ekonomi di Tengah Pandemi

Inovasi Dorong Percepatan Reformasi Ekonomi di Tengah Pandemi

0
SHARE
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Advisory Board Chairman of Mandiri Institute M. Chatib Basri menjadi pembicara dalam pembukaan Mandiri Investment Forum (MIF) 2019 di Jakarta, Rabu, (30/1/2019). Kegiatan bertema "Invest Now” yang diikuti lebih dari 600 investor dan sekitar 200 nasabah korporasi tersebut fokus pada solusi strategis dalam menavigasi bisnis, serta mendorong kemampuan SDM dalam bidang teknologi informasi guna antisipasi perkembangan kebutuhan industri mendatang. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama.

Matanurani, Jakarta  – Upaya pemulihan dan reformasi di bidang ekonomi pada masa pandemi virus corona atau Covid-19 perlu dilakukan melalui cara-cara inovatif. Langkah itu dinilai mendesak untuk menciptakan momentum pemulihan tahun 2021 sebagai dampak dari pandemi yang melanda seluruh negara di dunia.

“Kondisi sekarang butuh jawaban yang berbeda karena krisis ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Ini butuh pemikiran yang inovatif untuk memecahkannya,” ujar mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, dalam soft launching Think Policy Boot Camp “Kebijakan Publik Untuk Semua”, Minggu (28/6).

Chatib yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menambahkan, teori ekonomi erat berbicara bagaimana kaitannya reformasi bermanfaat untuk suatu negara. Namun sayangnya, teori tersebut tak mengulas bagaimana reformasi dilakukan.

Reformasi, menurutnya, bisa dilakukan dari hal yang paling sederhana. Berkaca dari pengalamannya memimpin BKPM 2013 lalu, di mana saat itu BKPM hanya punya sumber daya manusia (SDM) dan anggaran yang terbatas, dan tak punya kekuatan politik, namun ditugaskan untuk menarik investasi ke Indonesia. Dari situ, ia memaksa dirinya untuk temukan inovasi untuk temukan strategi menarik aliran modal asing ke Tanah Air di tengah keterbatasan yang dimilikinya.

Adapun, pembenahan yang menurutnya penting untuk dilakukan di BKPM saat itu tanpa butuh persetujuan kabinet dan DPR adalah perbaikan website BKPM dan layanan telepon yang direkam. Dari situ, ia mengaku mengetahui permasalahan apa saja yang dialami calon investor. Kemudian, cepat tanggap atas pertanyaan dan keluhan yang diajukan.

“Moral dari cerita ini, reformasi ternyata bisa dimulai dari yang sangat sederhana di bawah kontrol kita, ketika itu berhasil kita buat success story dan kita kemudian akan dapatkan political support. Ketika kita dapatkan itu, kita akan bisa lakukan reform yang lebih kompleks. Kadang kita terlalu bersemangat, kita memulai reform dengan yang terlalu sulit padahal political capital kita tidak cukup. Sehingga, permasalahan dari akademisi seperti saya dan di public policy, ketika gagas reform, tapi tidak jalan dia salahkan politisi,” jelas Chatib.

Lebih lanjut, sebagai seorang pengambil kebijakan, imbau Chatib, diperlukan keahlian khusus dalam menghadapi perubahan. Keahlian yang dimaksudnya tersebut adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan baik. Sebagai contoh, dalam final kompetisi sailing boat di Amerika Serikat (AS) pada 1983 terdapat pertandingan yang mempertemukan juara bertahan AS dan Australia.

Ketika tertinggal 37 detik di belakang kapal AS, Australia memutuskan untuk mengarahkan layarnya ke trek sebelah kiri. Sedangkan AS tetap di jalur yang sama dengan para kru dan keluarga sudah bersiap dengan perayaan di garis finish. Namun, yang terjadi adalah kemenangan bagi Australia karena kondisi angin di trek sebelah kiri memungkinkan kapal melaju lebih cepat.

“Pesan moralnya adalah, kalau anda leader, anda juga harus jadi follower. Seandainya AS mengikuti gerak kapal Australia, dia akan mempertahankan jarak sehingga bisa selalu mengambil alih kemenangan,” tandas Chatib.(Bes).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here