Home News Catatan Pakar Tentang Sejumlah Menteri-Yang Tidak Bisa Bekerja Saat Corona

Catatan Pakar Tentang Sejumlah Menteri-Yang Tidak Bisa Bekerja Saat Corona

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Rencana new normal sudah didengungkan pemerintah sekalipun wabah virus corona masih mewabah dan belum menunjukkan gejala-gejala penurunan.

Terlepas dari persiapan teknis, ada sejumlah menteri yang juga harus disiapkan untuk menghadapi kondisi tidak normal tersebut. Menteri ini diharapkan bekerja dengan baik sehingga new normal tidak berubah jadi malapetaka bagi Indonesia.

Pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam lantas mencatat bahwa ada sejumlah menteri yang layak dirombak. Perombakan itu didasari pada pertimbangan kemampuan mereka dalam menghadapi situasi normal baru.

“Ada menteri yang tidak dapat bekerja di saat bencana, atau hanya didesain pada saat normal saja, sedangkan pada saat bencana ia tidak bisa bekerja, bahkan hanya banyak bicara tanpa disertai dengan kerja nyata,” ujarnya seperti dikutip dari rmol, Kamis (28/5).

Nama pertama yang disebut adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD. Baginya, mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu layak diganti lantaran banyak mengumbar kontroversi.

“Mahfud MD banyak pernyataan-pernyataan yang tidak perlu dan menimbulkan kontroversi,” jelasnya.

Selanjutnya adalah Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Ini karena Luhut dinilai banyak mengambil kebijakan kontroversial, bahkan bertentangan dengan kebijakan menteri yang lain.

Selain itu, Saiful Anam juga meminta agar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy dirombak. Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu dinilai belum berfungsi baik dalam mengkoordinasikan lingkup kementerian/lembaga negara yang menjadi wewenangnya.

Menkumham Yasonna Laoly tidak luput dari catatan Saiful Anam. Baginya, menteri asal PDIP itu kerap mengeluarkan peraturan yang tumpang tindih satu sama lain.

Lalu ada nama Menteri Sosial (Mensos) Juliari P. Batubara yang dianggap tidak dapat menghadirkan keakuratan data terdampak Covid-19.

“Menkes (Terawan Agus Putranto) apalagi. Dia banyak ditentang publik atas pernyataannya yang mengundang kontroversi dalam upaya penanganan Covid,” tegasnya.

Jokowi, sambung Saiful Anam juga perlu mencopot Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar karena dianggap jarang muncul dan tidak dapat diharapkan. Mendes, kata dia, seharusnya dapat menyuplai data masyarakat terdampak Covid-19.

“Kemudian Menaker (Ida Fauziyah) dan Menhub (Budi Karya Sumadi), kebijakannya di masa Covid menimbulkan kontroversi dan berubah-ubah,” beber Saiful.

Catatan Saiful Anam belum berhenti. Ada nama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yang juga harus diganti karena memiliki mazhab berfikir yang terlalu bergantung pada utang. Hal ini sangat merugikan bangsa Indonesia.

“Mendikbud (Nadiem Makarim) juga yang terlalu frontal dalam melakukan perubahan menyebabkan gejolak baik di kalangan guru dan masyarakat. Menteri Pariwisata (Wishnutama Kusubandio) juga sama yang malah memperbolehkan wisatawan asing ke Indonesia pada saat awal berhembusnya Covid-19,” tutur Saiful.

Terakhir, Saiful menyebut nama Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang dianggap tidak jelas lantaran tidak memberikan sikap yang jelas ketika mal dibuka, namun tempat ibadah tidak.

“Mestinya dia dapat menenangkan umat beragama,” pungkas Saiful. (Rmo).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here