Matanurani, Pekanbaru – Wakil Ketua Umum DPP Partai Hanura yang juga Ketua SC Rakernas Partai Hanura 2018, Benny Pasaribu mengatakan dalam agenda rakernas tak dibahas secara khusus rekomendasi nama cawapres yang layak mendampingi Jokowi. Benny mengatakan, parpol yang telah berkomitmen mendukung Jokowi tak perlu memaksakan kadernya yang akan diambil Jokowi sebagai cawapres.
“Parpol tak boleh paksakan kadernya sebagai cawapres. Menurut saya kurang etis. Kalau ingin membangun bangsa ya serahkan ke presiden (capres),” kata Beny dalam jumpa pers di Hotel Aryaduta, Pekanbaru, Riau, Rabu (9/5).
Benny mengatakan hal itu yang juga dibahas saat 10 pimpinan Partai Hanura bertemu Jokowi di Hotel Novotel Pekanbaru, Selasa malam lalu. Pada dasarnya, Hanura menyerahkan kepada Jokowi untuk memilih cawapresnya. Siapa pun nanti yang dipilih, Hanura tetap konsisten mengusung Jokowi.
“Kita tegaskan komitmen kita. Partai Hanura bukan partai yang berkhianat dan tak ada pikiran untuk berkhianat dan tetap mendukung Jokowi untuk periode 2019-2024,” ujar Benny.
Dalam rakernas yang dihadiri pimpinan partai dari tingkat pusat sampai daerah, Hanura merumuskan kriteria cawapres ideal. Hanura ingin pendamping Jokowi adalah sosok mumpuni dan bisa memberi nilai tambah dalam perolehan suara untuk Jokowi.
“Yang berkembang hanya dua kriteria. Pertama bisa membantu Jokowi melaksanakan tugas-tugas Presiden dalam lima tahun ke depan, capable atau mampu. Kedua bisa memberi bantuan massa yang lebih besar untuk memenangkan Pilpres 2019,” jelas Benny.
Terkait nama, menurut Benny Jokowi telah memantau dan mengamati siapa saja yang layak menjadi pendampingnya. Kader Hanura sendiri yang menurutnya sesuai dengan dua kriteria cukup banyak.
“Hanura juga gudangnya kader nasional yang mumpuni. Kita ada Pak Wiranto, Pak Moeldoko, Pak OSO, Pak Marwan Faris, Pak Soebagyo. Pak Jokowi melihat ini semua dan harus ada chemistry-nya,” pungkasnya. (Smn).