Matanurani, Jakarta – Pedagang daging sapi di Jabodetabek banyak yang harus gulung tikar akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan. Kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir juga menjadi penyebab, dimana pedagang sulit menaikkan harga jual ke konsumen akibat daya beli masyarakat yang menurun.
Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengungkapkan bahwa pelaku usaha yang tidak bisa bertahan akhirnya harus menghentikan kegiatan ekonominya. Tidak mudah, terutama di kondisi sulit seperti saat ini.
“Kita punya data se-Jabodetabek 12 ribu pedagang, terdiri dari pelaku pedagang dan pekerja totalnya 12 ribu. Kalau sekarang melihat telah terjadi degradasi mereka atas daya saing dalam proses sebagai pelaku usaha, dari 12 ribu ke tinggal 8.300 pedagang, hampir 27%,” kata Asnawi dalam program Profit CNBC Indonesia, Selasa (26/1).
Kenaikan harga daging sapi dalam beberapa waktu terakhir memang kian memberatkan, bukan hanya untuk konsumen namun juga pelaku usaha. Sebelumnya, Harga karkas di level Rp 87 ribu sehingga nilai jual rata-rata ke konsumen di Rp 113,5-114 ribu/Kg. Kini, setelah ada perubahan harga karkas menjadi Rp 94 ribu, sehingga harga jual ke konsumen bisa menjadi Rp 130.000.
Pihak importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen seperti Australia per Juli 2020 sudah pada posisi 3,6 dolar Amerika per 1 kg bobot hidup sapi bakalan, dan harga per bulan Januari – Februari 2021 sudah masuk pada posisi 3,9 dolar Amerika per 1 kg bobot hidup sapi bakalan, belum biaya-biaya bongkar muat pelabuhan dan transportasi. Pemerintah perlu bergerak cepat demi menstabilkan harga.
“Saya lihat secara utuh kalau nggak ada perubahan dan kebijakan yang diambil pemerintah, (akan) mengalami stagnasi dalam perjalanan waktu yang masih tiga bulan ini mendekati lebaran dan hari raya, tiga bulan ke depan ramadhan harga akan terjadi lonjakan,” paparnya.(Cnb).