Matanurani, Jakarta – Presiden Joko Widodo memastikan Indonesia akan melanjutkan kebijakan penguatan industri hilir di masa mendatang. Langkah tersebut wajib dilakukan agar masyarakat dan negara bisa mengantongi manfaat yang besar dari kekuatan sumber daya alam yang dimiliki.
“Hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan. Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja sampai 18 kali lipat. Di 2014, ekspor kita hanya sekitar Rp16 triliun. Setelah ekspor nikel mentah kita setop, kita lakukan hilirisasi, ekspor meningkat menjadi Rp306 triliun. Akhir tahun ini, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun. Itu hanya dari nikel,” jelas Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD 2022 di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8).
Dengan dilakukannya penguatan industri hilir nikel, Indonesia kini telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai litium global. Produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika ikut berinvestasi di Tanah Air.Ke depan, setelah nikel, pemerintah berkomitmen mendorong hilirisasi bauksit, tembaga, dan timah.
“Kita harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia,” tegas mantan Wali Kota Solo itu.
Selain penguatan industri hilir, pemerintah juga berambisi besar mengoptimalkan sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus. Persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut, sudah dan akan terus dilakukan.
Jokowi meyakini langkah-langkah itu bisa menjadi media penyerap karbon yang sangat besar.Pemerintah juga akan terus mengembangkan energi bersih yang bersumber dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, akan menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi.
“Kawasan industri hijau di Kalimantan Utara akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia. Saya optimistis, kita akan menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di perdagangan internasional. Upaya tersebut bisa langsung disinergikan dengan program peningkatan produksi pangan dan energi bio,” pungkasnya. (Mei).