Matanurani, Jakarta – Peningkatan kapasitas petani dapat mengimbangi arus alih fungsi lahan di Indonesia. Alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab menurunnya produktivitas pertanian Indonesia.
Pengamat pangan Hizkia Respatiadi mengatakan, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendorong peningkatan kapasitas petani, seperti mengadakan pelatihan, memberikan penyuluhan dan bimbingan soal penggunaan alat pertanian yang lebih efisien dan pembaharuan metode tanam.
“Pemerintah seharusnya fokus pada peningkatkan efisiensi lahan yang sudah ada, peningkatan kapasitas petani dan revitalisasi alat pertanian serta pabrik-pabrik yang sudah tua. Alih fungsi lahan relatif sulit dicegah oleh karena itu harus bisa bertahan dengan cara lain,” jelasnya kepada wartawan, Senin (24/9).
Menurut Hizkia, beberapa hal yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan seperti gencarnya industrialisasi dan pembangunan infrastruktur yang tidak jarang harus mengorbankan lahan pertanian. Bertambahnya populasi menyebabkan semakin pesatnya industrialisasi dan diperlukan pembangunan infrastruktur untuk menghubungkan antar daerah.
Peningkatan kapasitas petani juga berkaitan dengan tingkat efisiensi pada komoditas pangan yang panen. Indonesia memiliki tingkat efisiensi yang rendah pada proses pasca panennya. Dari sekitar 57 juta ton padi yang dihasilkan sekitar 8,5 juta tonnya atau 15 persen terbuang percuma dalam proses pasca panen.
Inefisiensi diakibatkan beberapa faktor misalnya panjang rentang waktu antara panen dengan proses perontokan bulir padi dan juga proses pengeringan yang masih tradisional dengan cara dijemur yang belum menggunakan mesin. Jika dibandingkan dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam, masing-masing hanya kehilangan sekitar 319.000 ton (Malaysia) 3,9 juta ton (Thailand), dan 4,9 juta ton (Vietnam).
Untuk itu, pada peringatan Hari Tani Nasional yang jatuh setiap 24 September, pemerintah seharusnya jangan hanya berbicara mengenai komoditas pangan.
“Petani sebagai tulang punggung sektor pertanian Indonesia seharusnya juga dibangun dan diberikan nilai tambah melalui peningkatan kapasitasnya,” imbuh Hizkia yang juga kepala peneliti Center for Indonesian Policy Studies.(Rmo).