Home News Pendidikan Kurikulum Batakologi Perlu Didukung Semua Pihak di Sumut

Pendidikan Kurikulum Batakologi Perlu Didukung Semua Pihak di Sumut

0
SHARE

Matanurani, Jakarta – Dasar dari setiap perkembangan manusia terletak pada karakter dan pengembangan pendidikan. Karena itu, penerapan pendidikan kurikulum yang berbasis pada muatan kearifan lokal atau kurikulum Batakologi perlu ‘dinyalakan’ atau diaktifkan untuk membangun karakter para pelajar – pelajar khususnya di daerah Batak.

Hal itu terungkap pada Forum Group Diskusi Yayasan Pusat Peradaban Batak yang diprakarsai oleh Dr. Ir. S. Benny Pasaribu, M. Ec  bertajuk “Kurikulum Batakologi’ di Jakarta, Rabu (2/2).

Diskusi yang dipandu oleh Dr. Pirma Simbolon tersebut menghadirkan dua narasumber yakni Dr. Rosdiana Rajagukguk dan Marubat Sitorus yang masing-masing berkompeten dalam dunia pendidikan.

Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa pentingnya menghidupkan ilmu pengetahuan tentang batakologi, agar anak didik bertambah wawasannya tentang warisan budaya leluhur yang terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan, martabat budaya, serta ciri masyarakat berperadaban tinggi meliputi aspek kebahasaan dan filosofi kehidupan leluhur batak.

“Disamping pengetahuan dan sikap, capaiannya juga sampai kepada ketrampilan yakni kemampuan menyajikan nilai pancasila dalam peradaban tradisional batak serta relevansinya dalam kehidupan kekinian,” ungkap Rosdiana.

Rosdiana menambahkan model pembelajarannya dapat dilakukan dengan  3 (tiga) hal. Project Base Learning, Tehnik Penceritaan dan Student Center.

Metode Project Base Learning yang  mengintegrasikan proyek penguatan Pancasila dan mata pelajaran lainnya.

“Misalnya melalui tokoh tertentu yang memiliki pengaruh dan dampak dalam kehidupan bermasyarakat atau lingkungan, peristiwa tertentu,” ujarnya.

Kemudian model Tehnik Penceritaan: Yaitu dengan berbasis kontekstual atau konsep-konsep yang dekat dengan kehidupan.

Dan model Student Center yaitu Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, melalui simulasi dan demonstrasi seperti simulasi raja parhata dalam adat ulaon unjuk dan lain – lain.

Kemudian untuk materi pembelajarannya terdiri dari Aspek Kebahasaan, Nilai Luhur Habatahon, Tradisi Kehidupan, Tanah Air dan Kebangsaan serta Falsafah kehidupan Batak.

“Disini dikenalkan 5 falsafah yang dibangun dalam peradaban batak oleh leluhur Batak  yaitu Ber – Ketuhanan (Mar DEBATA), Ber – Hukum (Mar UHUM), Ber – Aturan dan Norma (Mar PATIK), Ber – Adat (Mar ADAT) dan Ber – Kepemimpinan (Mar HARAJAON,” jelasnya.

Sebelum ditutup diskusi, Pirma Simbokon merangkum beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang terkait dengan penerapan kurikulum Batakologi, diantaranya :

1. Perlu dukungan dan keseriusan Gubernur Sumatera Utara dan Walikota  serta Bupati se kawasan Danau Toba dalam menerapkan kurikulum batakologi.
3. Disamping itu perlu melibatkan pejabat Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/kota secara intensif.
4. Merekrut guru-guru yang memiliki kompetensi dalam bidang Batakologi
5. Merekrut ahli berdasarkan puak (sub – suku batak) yaitu Mandailing, Toba, Karo, Simalungun dan Fakfak.
6. Membentuk Tim Penyusun Buku bahan ajar bagi siswa dan guru
7. Membuat pelatihan kepada guru-guru sebelum mengampu mata pelajaran batakologi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here