Matanurani, Jakarta – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil mengukir prestasi soal perdagangan. Di mana surplus neraca perdagangan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 7,56 miliar pada April 2022. Dengan demikian, secara 24 bulan atau dua tahun berturut-turut neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan realisasi surplus pada April 2022 yang sebesar US% 7,56 miliar naik dibandingkan dengan Maret 2022 yang hanya mencapai US$ 4,54 miliar. Realisasi surplus pada April 2022 juga lebih tinggi dibandingkan realisasi pada April 2021 yang hanya mencapai US$ 2,29 miliar.
Secara total, kumulatif dari Januari hingga April 2022 surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 16,89 miliar.
“Kalau diperhatikan surplus ini beruntun selama 24 bulan berturut-turut. Penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewan/nabati serta bahan bakar mineral,” jelas Margo dalam konferensi pers, Selasa (17/5).
Margo merinci, surplus neraca perdagangan disebabkan nilai ekspor yang mencapai US$ 27,32 miliar atau naik 3,11% dari nilai ekspor Maret 2022 yang mencapai US$ 2,65 miliar.
Realisasi ekspor meningkat karena harga sejumlah komoditas naik di pasar internasional, seperti harga batu bara yang meningkat 2,57% dan kopi 0,1%.
Berdasarkan sektor, ekspor industri pertambangan meningkat 18,58% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US $6,41 miliar. Namun, ekspor industri pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 8,42% dengan nilai mencapai US$390 juta. Industri pengolahan juga turun 0,89% menjadi US$ 19,09 miliar.
Berdasarkan kode HS dua digit, peningkatan ekspor terjadi di komoditas bahan bakar mineral, bijih logam, terak, dan abu, serta besi dan baja. Sementara penurunan ekspor terjadi di komoditas logam mulia dan perhiasan/permata, nikel, dan kendaraan serta bagiannya.
Sementara nilai impor mencapai US$ 19,76 miliar atau turun 10,01% dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 21,96 miliar. Impor migas mencapai US$3,81 miliar atau naik 9,21% dari US$3,49 miliar pada Maret 2022. Tapi, impor non migas turun 13,65% dari US$ 18,47 miliar menjadi US$15,95 miliar.
Berdasarkan jenis barang, impor konsumsi turun 6,4% menjadi US$1,7 miliar, bahan baku/penolong turun 8,68% menjadi US$15,54 miliar, dan barang modal anjlok 19,34% ke US$2,52 miliar.
Adapun surplus dagang terjadi dari Amerika Serikat mencapai US$1,62 miliar. Lalu diikuti dari India dan Filipina, masing-masing US$1,53 miliar dan US$977,9 juta. Sementara Indonesia defisit dagang dari Argentina sebesar US$320,2 juta, Australia US$283,5 juta, dan Thailand US$217,9 juta.
BPS juga mencatat, nilai surplus pada April 2022 yang sebesar US$ 7,56 miliar merupakan realisasi tertinggi sepanjang sejarah.
“Ini adalah rekor baru dan ini tertinggi, sebelumnya pada Oktober 2021 yaitu sebesar US$5,74 miliar. Jadi surplus ini (tertinggi) sepanjang sejarah,” jelas Margo.(Cnb).