Matanurani, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan beberapa pengusaha mebel kayu dan rotan mengusulkan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) tidak diberlakukan untuk produk yang akan diekspor ke negara yang tidak meminta verifikasi seperti Amerika Serikat.
Darmin mengatakan usul-an tersebut disampaikan sejumlah pengusaha dalam rapat kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin.
“Karena di aturan peraturan Menteri Perdagangan, itu kena semua. Produk kayu kena. Padahal yang mewajibkan Uni Eropa, Kanada, Australia, dan Inggris, sementara di AS tak ada SVLK,” kata Darmin dalam jumpa pers di Kantor Presiden seusai rapat terbatas yang membahas upaya peningkatan ekspor permebelan, rotan, dan kayu tersebut.
Kepada Presiden, beberapa pengusaha juga meminta penyederhanaan proses dalam pengurusan SVLK.
Darmin menjelaskan para pengusaha keberatan atas biaya pengurusan SVLK yang mencapai Rp20 juta hingga Rp30 juta. Bagi pengusaha kayu tingkat kecil dan menengah, nilai sebesar itu dirasa memberatkan.
Pengusaha juga mengusulkan SVLK tidak perlu diberlakukan di tiap tingkat, cukup di tingkat hulu penjualan kayu.
Darmin menjelaskan, untuk mendorong peningkatan ekspor mebel kayu di tengah terbukanya peluang sebagai imbas perang dagang AS-Tiongkok, pemerintah akan meninjau usulan para pengusaha tersebut.
Selain itu, terkait dengan persoalan maraknya penyelundupan rotan ke luar negeri, Darmin menilai perlu ada industri yang dapat meng-olah seluruh jenis rotan.
Dengan rotan mentah yang tidak terolah, muncul peluang bagi pelaku usaha rotan mentah untuk menjualnya ke luar negeri.
Ambil peluang
Di dalam rapat terbatas itu Presiden Jokowi mengingatkan jajaran menterinya untuk jeli melihat peluang ekspor produk permebelan.
“Saya ingin lebih mengonkretkan lagi kebutuhan-kebutuhan yang ada, terutama dalam rangka peningkatan ekspor mebel dan produk-produk kayu dan rotan dari negara kita. Karena kita melihat ada sebuah peluang besar yang bisa kita manfaatkan,” ujar Presiden.
Berdasarkan informasi yang diterimanya dari Bank Dunia, Presiden menyebut mebel, produk kayu, dan rotan memiliki kesempatan besar untuk masuk ke pasar-pasar internasional. Peluang itu muncul sebagai imbas dari perang dagang AS-Tiongkok yang tak berkesudahan.
“Sekali lagi, ini berangkat dari informasi yang saya terima dan saya kira kesempatan itu sangat besar dari pasar yang dulunya diisi oleh Tiongkok kemudian ditinggalkan karena perang dagang,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Kepala Negara ingin jajaran di kementerian mengambil tindakan konkret dan kebijakan yang memberi dukungan terhadap peningkatan ekspor mebel tersebut. (Mei).