Matanurani, Jakarta – Koalisi antara PDIP dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Pilgub Jakarta 2025 mustahil terbentuk. Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyebut ada cerita yang belum usai antara PDIP dan PKS pada Pilkada Jakarta 2017 lalu.
Kala itu, PKS turut berkontribusi dalam memenangkan pasangan Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno yang mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari PDIP
“Masalahnya kan ada cerita ya, secara masa lalu di tahun 2017 saat Pilkada berlangsung yang belum tuntas. Unfinished story lah,” ujar Agung, Kamis (8/8).
Faktor penghambat lainnya, tutur Agung, primodialisme. Hal ini yang menempatkan PKS dan PDIP saling berhadap-hadapan. “Nah jadi secara institutional memang ini perlu ikhtiar yang cukup ekstra. Basis pemilihnya berbeda, ideologinya juga, terus ada cerita yang belum selesai sampai hari ini, seperti itu,” tuturnya.
Selain itu, ia menambahkan, PDIP dan PKS mempunyai ideologi partai yang berbeda dan sangat bertolak belakang, begitu juga barisan pendukungnya di akar rumput.
“Efeknya memang pemilih keduanya ini saling berbeda ekstrem. Kalau misalkan PKS kanan mentok, kalau PDIP ini kiri mentok lah. Jadi bertolak belakang,” jelas Agung.
Ia menjelaskan, PDIP tentu tidak akan menerima PKS begitu saja yang mengusung duet Anies Baswedan-Sohibul Iman di Pilgub Jakarta 2024. Mengingat, PDIP juga memiliki beberapa tokoh atau sosok potensial yang dapat diusung maju. Ditambah, PDIP juga memiliki banyak kursi di Jakarta.
“Kecuali memang PDIP-nya enggak ada suara, bahkan suaranya jauh gitu ya. Tapi ini kan suaranya dekat. Jadi kurang realistis dan rasional kalau PDIP hanya iya saja. Jadi ga masuk ini secara personalnya. Jadi deadlock. Ya bukan deadlock untuk wakil. Bahkan deadlock secara keseluruhan,” kata Agung. (Ini).