Home Nasional Budidayakan Tanaman Sorgum, RI Bisa Auto Swasembada Pangan & Energi!

Budidayakan Tanaman Sorgum, RI Bisa Auto Swasembada Pangan & Energi!

0
SHARE

Matanurani, Jakarta –  PT Pertamina (Persero) tengah berupaya menggenjot pemanfaatan tanaman sorgum sebagai bahan baku pembuatan bioetanol untuk campuran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin. Pasalnya, sorgum memiliki potensi besar untuk membantu Indonesia mencapai swasembada pangan dan energi.

Senior Vice President (SVP) Teknologi Inovasi PT Pertamina Oki Muraza mengatakan, pemerintah memang kini telah menyiapkan 700 ribu hektare (Ha) lahan untuk budidaya tebu dan pengembangan industri bioetanol. Namun, Indonesia juga memerlukan diversifikasi sumber bahan baku. Terlebih, lanjutnya, pemanfaatan tebu sebagai bahan baku bioetanol sering bersinggungan dengan kebutuhan pangan, khususnya untuk produksi gula, sehingga ada potensi konflik antara sektor energi dan pangan.

“Tentunya di Indonesia kita perlu menambah lagi feedstock-nya, apalagi karena negara kita sangat besar. Kembali ke sorgum tadi, sorgum itu bisa kita canangkan untuk swasembada pangan dan juga swasembada energi,” kata Oki dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Senin (28/10).

Menurutnya, berbeda dengan tebu, sorgum tidak menghadapi potensi masalah konflik pangan dan energi. Sorgum merupakan tanaman yang multifungsi, di mana bulirnya bisa diolah menjadi tepung atau beras sorgum sebagai alternatif pengganti gandum, sementara batangnya dapat digunakan untuk menghasilkan bioetanol.

“Bisa paralel. Jadi untuk kasus budidaya sorgum ini tidak ada konflik antara food or energy. Jadi food-nya diperkuat, mengurangi impor gandum dan batangnya ini mengurangi impor BBM,” kata Oki.

Hanya saja, tantangan yang dihadapi saat ini adalah terkait peningkatan kapasitas produksi nasional dari tanaman sorgum. Oleh sebab itu, Pertamina saat ini tengah berupaya untuk membudidayakan tanaman sorgum.

Oki membeberkan bahwa saat ini Pertamina, tengah menggarap proyek percontohan budidaya sorgum di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Pihaknya menggunakan data geospasial untuk menentukan ketersediaan lahan yang cocok bagi budidaya sorgum.

“Jadi kita lihat sekarang geospasial berapa sih tersedia lahannya. Kemudian kita lihat lagi berapa yang bisa diperuntukkan untuk pertanian dan kita lihat juga kecocokan tanah dengan tanaman, dengan sorgum. Harapannya nanti produksi di pilot ini kita bisa orkestra kan seperti tadi. Bulirnya menjadi pangan, di-off-take oleh petani dan juga bisa didistribusikan, juga bisa diekspor untuk mengurangi impor gandum tadi dan kemudian batangnya menjadi bioetanol,” ungkap Oki.(Cnb).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here