Matanurani, Jakarta – Pengembangan industri sekunder desa membutuhkan peran swasta nasional di setiap kabupaten untuk membangun pabrik pengolahan (processing plant) komoditas desa, penyimpanan tahan lama, dan membantu distribusi secara nasional ke seluruh kota serta ekspor.
Pengelolaan Dana Desa untuk membangun industri sekunder yang memproses komoditas pangan desa menjadi industri yang punya nilai tambah, dinilai mampu mendorong ekonomi desa tumbuh 30–40 persen dan pertumbuhan ekonomi nasional 7 persen.
Anggota Pokja Dewan Ketahanan Pangan, Gunawan, mengatakan guna mengembangkan industri sekunder desa, pemerintah mesti berperan mengundang swasta nasional untuk berinvestasi atau lewat program tanggung jawab sosial korporasi (corporate social responsibility/CSR),
membangun processing plant itu sehingga hasil bumi dan peternakan desa yang terkumpul di pasar desa modern, dapat diproses dengan kualitas terjamin dan mampu bertahan lama. Ini akan menjaga mutu dan nilai komersial komoditas.
“Di sinilah peran swasta membantu pemerintah daerah. Bagi pengusaha putra daerah, di sinilah kesempatan membuka usaha produk daerah dengan nilai tambah tinggi,” ujar dia, Senin (27/11).
Menurut Gunawan, kerja sama desa, pusat, dan daerah dengan didukung pengusaha itu untuk menyatukan processing plant secara holistik. Dari situlah akan terbentuk pasar, demand and supply, yang berpotensi meningkatkan ekonomi desa dengan pertumbuhan 30–40 persen.
Selain itu, lanjut dia, dengan peningkatan nilai tambah produk perdesaan itu berpeluang membangun pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan karena melibatkan sekitar 75 ribu desa penerima Dana Desa.
“Tetapi, pemerintah mempunyai peran dan tanggung jawab utama untuk bangun sistem ini, yang menyerap seluruh produk perdesaan.”
Sebelumnya, Guru Besar Ekonomi Pertanian UGM, Masyhuri, mengemukakan pemerintah mesti mengoptimalkan penggunaan Dana Desa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dan berkelanjutan. Menurut dia, Dana Desa harus fokus untuk membangun fondasi ekonomi perdesaan.
Kemudian, membangun pasar desa modern dan industri sekunder komoditas desa. Fondasi ekonomi perdesaan adalah infrastruktur perdesaan modern, irigasi, jalanan desa, informasi secara online (dalam jaringan/ daring) untuk mendapatkan berbagai informasi langsung ke perdesaan, misalnya tentang cuaca, berita komoditas, pengelolaan lahan, jenis tanaman, dan efektivitas pupuk.
Selanjutnya, Dana Desa digunakan untuk membangun pasar desa modern dengan fasilitas cold storage, silo, fasilitas bersih, sambungkan secara daring dan teknologi jasa keuangan (fintech), menggunakan solar power untuk pemanasan dan pendinginan.
Kemudian, lanjut Masyhuri, Dana Desa digunakan untuk membangun industri sekunder yang memproses komoditas pangan desa menjadi industri yang punya nilai tambah. “Kembangkan kripik ubi, kripik tales, itu di luar negeri yang disukai,” ungkap dia.
Industri sekunder juga bisa memproduksi cabai dalam kemasan yang tahan waktu sehingga masyarakat tidak akan kekurangan kalau gagal panen cabai. “Industri sekunder itu kuncinya. Nah, di sini kuncinya, kerja sama, butuh peran pemerintah,” tutur Masyhuri.
Belum Terlambat
Gunawan juga mengatakan, saat ini belum terlambat bagi pemerintah untuk memutar haluan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan pertanian nasional agar Indonesia tidak semakin bergantung pada impor pangan. “Jangan mematikan industri nasional hanya untuk impor,” papar dia.
Sistem itulah, menurut Gunawan, yang menyebabkan rakyat Indonesia belum merdeka secara riil atau substansif. “Kita harus dorong industri nasional dikuatkan dengan bahan baku dari petani dan produksi nasional.(Smn).