Home News Jokowi Mau Selesaikan CAD dalam 4 Tahun, Ini Penjelasan BI

Jokowi Mau Selesaikan CAD dalam 4 Tahun, Ini Penjelasan BI

0
SHARE

Matanurani, Labuan Bajo – Presiden Joko Widodo (Jokowi) seakan tak pernah bosan menyinggung masalah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang sudah sejak lama menghantui perekonomian Indonesia.

Jokowi lantas menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan masalah CAD dengan melakukan transformasi ekonomi. Mulai dari meningkatkan ekspor dan produk subtitusi impor serta menarik devisa dari pengembangan destinasi wisata.

“Dengan transformasi ekonomi, saya yakin kita bisa menyelesaikan ini maksimal 4 tahun. Kita akan selesaikan yang namanya CAD kita,” tegas Jokowi kala itu.

Dengan proyeksi Jokowi, maka masalah CAD akan tuntas pada 2023. Namun, Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter justru memperkirakan transaksi berjalan masih akan mengalami defisit hingga 2024 mendatang.

Berdasarkan bahan paparan Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, dikutip CNBC Indonesia, Senin (9/12), defisit transaksi berjalan pada 2024 diperkirakan berada di kisaran 2,3% – 2,8% dari produk domestik bruto (PDB).

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Endy Dwi Tjahjono pun angkat bicara perihal rencana Presiden Jokowi menuntaskan persoalan hantu bernama CAD.

“Sekarang yang kita genjot itu biodiesel. Kalau dari CPO bisa diubah jadi biodiesel. Maka biodiesel tidak akan ekspor lagi,” kata Endy dalam acara pelatihan wartawan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Senin (9/12).

“Kedua terkait dengan baterai mobil listrik. Ada nikel besar, Indonesia bisa menjadi pusat produksi batu baterai mobil listrik. Itu sangat besar di situ. Ini diharapkan lebih baik,” jelasnya.

Pada tahun ini sendiri, BI memperkirakan defisit transaksi berjalan bisa berada di 2,7% dari PDB. Angka ini jauh lebih baik ketimbang defisit transaksi berjalan 2018 yang hampir menyentuh angka 3%.

“Kami melihat akan lebih baik di 2019 dengan current account deficit di 2,7 persen PDB,” kata Endy.

Penurunan defisit transaksi berjalan ini tidak lepas dari catatan surplus neraca perdagangan di bulan pertama pada kuartal IV 2019 atau Oktober 2019 yang sebesar US$ 161,3 juta.

Namun, di November 2019, BI memperkirakan akan timbul pengungkit untuk impor khususnya barang konsumsi karena persiapan masyarakat menjelang Liburan Natal dan Tahun Baru.

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan valas dari pos ini dinilai lebih stabil, lebih tahan lama, sehingga mampu menopang stabilitas nilai tukar.

Transaksi berjalan terus mencatat defisit sejak 2011. Ini membuat rupiah rentan berfluktuasi dan melemah kala terjadi guncangan di perekonomian, karena mata uang Garuda bergantung pada pasokan devisa dan investasi portofolio.(Cen).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here